Teh telah menjadi minuman favorit banyak orang, namun di balik kenikmatan secangkir teh celup ternyata tersembunyi risiko kesehatan karena partikel mikroplastik. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menemukan keberadaan mikroplastik pada lima merek teh celup yang beredar di Indonesia.
Dalam penelitian tersebut, Ecoton menggunakan 200 ml air untuk masing-masing perlakuan. Pada perlakuan pertama, kantong teh dibiarkan terendam dalam air panas hingga mencapai suhu 95°C selama proses pemanasan. Hasilnya, partikel mikroplastik yang terlepas berkisar antara 1.009 hingga 1.093 partikel.
Sedangkan pada perlakuan kedua, kantong teh dimasukkan setelah air mencapai suhu yang sama dan diaduk selama lima menit, sehingga jumlah partikel yang terlepas lebih rendah, yaitu antara 641 hingga 763 partikel.
Peneliti mengungkapkan bahwa pelepasan mikroplastik ini dipengaruhi oleh jenis plastik yang digunakan dalam kantong teh. Plastik yang memiliki ketahanan rendah cenderung mudah terurai ketika terpapar suhu tinggi. Meskipun BPOM pernah merilis informasi tentang jenis kertas dan plastik yang digunakan pada kantong teh (kertas kraft yang dilapisi plastik polietilen), penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa lapisan polietilen tersebut dapat terlepas saat pemanasan pada 95°C.
Mikroplastik merupakan partikel kecil berukuran kurang dari lima milimeter yang dapat terakumulasi dalam tubuh, dan paparan jangka panjangnya dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan seperti penurunan fungsi otak, kematian sel, gangguan hormonal, dan peningkatan risiko kanker.
Penelitian ini mengingatkan bahwa meskipun teh tetap menjadi minuman favorit, penting untuk mengetahui dan mengantisipasi risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat konsumsi mikroplastik.