TRIBUNJATIM.COM - Sosok Mak Iyet menjadi sorotan karena dapat uang Rp 10 juta dari Dedi Mulyadi, Bakal Calon Gubernur Jawa Barat.
Mak Iyet adalah warga Kota Bogor yang hadir dalam acara Kang Dedi Mulyadi Menyapa di GOR Pajajaran, Kota Bogor Rabu (11/9/2024) malam.
Karena celotehannya, Mak Iyet mendapat bantuan uang dari Dedi Mulyadi.
Selain Dedi Mulyadi, Kang Sule, Anton Abok dan Ceu Popon yang hadir ikut terhibur dan haru karenanya.
Mak Iyet ini merupakan seorang emak-emak yang naik ke atas panggung dan diwawancarai oleh Dedi Mulyadi.
Dia merupakan janda warga Bogor penjual keripik yang awalnya berjualan di kawasan Pemda Bogor Cibinong kemudian pindah berjualan di kawasan Gedung Sate Bandung.
Ketika ditanya oleh Dedi Mulyadi, Mak Iyet kerap memberikan jawaban yang lucu.
Salah satunya ketika dia diberi sejumlah bantuan uang oleh Dedi untuk membantu Mak Iyet membayar kontrakan.
Kondisi Mak Iyet yang pilu membuat Dedi Mulyadi mengaku mau menangis pun tak jadi
"Mak, lihat Emak saya gak jadi nangis. Nih Rp 7.350.000, nanti dijadiin Rp 10 Juta. Nih Emak buat apa duit Rp 10 Juta ?," kata Dedi Mulyadi, melansir dari TribunBogor.
"Buat modal jualan keripik, buat bayar kontrakan, dan buat negobatin orang yang gak sembuh-sembuh," kata Mak Iyet tersedu-sedu.
Dedi pun penasaran siapa orang sakit yang dimaksud Mak Iyet.
Kemudian Mak Iyet memberikan jawaban yang memberikan gelak tawa bagi penonton warga Kota Bogor.
"Itu adik gak waras, ada yang udah ngobatin katanya dia kemasukan hantu 12," jawab Mak Iyet direspon tawa penonton.
"Bener-bener Mak mah euy," respon Dedi ketika warga tertawa.
Tak terkecuali komedian Anton Abok.
"Si Emak itu, ada 12 katanya hantunya, tambahin sama kamu jadi 13," kata Anton Abok berbicara dengan komedian Ceu Popon.
Dedi Mulyadi kemudian mengakhiri pembicaraannya dengan Mak Iyet dan menjelaskan sesuatu kepada penonton warga Bogor.
"Bapak ibu semuanya, ya mungkin metodologi kepemimpinan saya seperti itu, kalau ada warga yang sakit, bisa pengaduan ke WA saya, seperti ini kan banyak yang bisa tertolong," kata Dedi Mulyadi.
Sebelumnya, seorang bocah SD bernama Febri girang mendapat hadiah dari Kang Dedi Mulyadi atau KDM.
Dedi Mulyadi dan Febri bertemu saat acara kunjungan di kampung yang dikenal sebagai penghasil padi organik di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Kamis (5/9/2024).
Febri diketahui berasal Kampung Cijulang Wetan, Desa Cijulang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis.
Saat kunjungan, KDM dijemput para ibu-ibu, tokoh masyarakat dan ulama kampung tersebut dengan sesekali meminta foto bareng.
Dedi Mulyadi secara tiba-tiba memanggil Febri, saat berkumpul bersama teman-temannya melihat acara yang diadakan tokoh masyarakat Cihaurbeuti, Ciamis, di bagian paling depan.
Febri pun awalnya terlihat agak malu-malu menjawab beberapa pertanyaan KDM di depan masyarakat yang hadir.
Febri pun mengaku ke mantan Bupati Purwakarta dua periode itu, kini hanya tinggal memiliki sosok ayah sebagai orangtua yang kesehariannya sebagai tukang rongsok.
Saat ditanya perihal ibunya oleh KDM, Febri mengaku ibu kandungnya telah lama meninggalkan dirinya dan ayahnya saat masih kecil.
Sampai saat ini, Febri pun mengaku tak mengetahui keberadaan ibu kandungnya yang entah dimana.
"Tidak tahu pak, kabur. Ibu saya tidak ada. Saya tinggal sama Bapak saya saja, kerjanya tukang rongsok," kata Febri kepada KDM dengan suara lantang khas anak kecil, melansir dari TribunBogor.
Mengetahui hal itu, Dedi Mulyadi langsung memberikan uang tunai Rp 6 juta kepada bocah tersebut supaya dibelikan tiga domba betina untuk dipelihara.
Sisa uangnya, KDM meminta kepada anak itu supaya dibelikan bahan-bahan untuk membuat kandang domba.
"Mau dikasih domba? Saya kasih, tapi pelihara dengan baik supaya menjadi bekal hidup dengan bapak ya. Nanti, beli tiga domba betina untuk dipelihara, sisanya buat bangun kandangnya," kata KDM sambil diteriaki kompak para ibu-ibu yang hadir dengan ucapan Hatur Nuhun atau terimakasih.
Menurut KDM, pola mengajarkan kepada anak-anak untuk mendapatkan pendidikan berkarakter seperti ini sudah dijalankan sejak lama puluhan tahun silam.
Bahkan, setiap acara pergelaran budaya di hampir seluruh penjuru perkampungan wilayah Jawa Barat, pola pendidikan karakter seperti ini terus ditanamkan, salah satunya memberi hadiah domba untuk dipelihara.
"Nantinya dengan ada hewan peliharaan seperti ini, dombanya bisa banyak kalau dipelihara. Dan bisa juga jadi Juragan atau Bos domba, bisa itu," kata Dedi Mulyadi didampingi para tokoh masyarakat dan Ulama kampung di Cihaurbeuti, Ciamis tersebut.
Dedi meyakini dengan pendidikan karakter, seorang anak akan mampu menjadi manusia yang unggul, ulet, kreatif dan memiliki keahlian.
Sehingga, jika ia memimpin Jawa Barat, pola pendidikan berkarakter berbasis lingkungan ciri khas tiap daerah di Jawa Barat akan masuk kurikulum sejak pendidikan SD.
"Pola pendidikannya sederhana saja, pelajar SD nanti diajarkan menghitung kandang, cara membuat kandang domba, cara menghitung berapa kebutuhan untuk perlihara domba, sampai nanti menghitung hasil penjualan domba. Kan itu, sama pendidikan Matematika, tapi berkarakter dan teraplikasi keseharian di lingkungannya," ujar KDM kepada masyarakat.