Bahan baku komponen baterai mobil listrik di dunia berasal dari Indonesia. Setelah itu diproses di China baru selanjutnya dikirim ke Amerika dan Eropa.

Indonesia berpeluang menjadi pemain besar di pasar kendaraan listrik global. Sebab, Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar. Terlebih lagi, hampir separuh bahan baku untuk baterai kendaraan listrik ternyata berasal dari Indonesia. Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, proses hilirisasi dari bahan baku baterai seperti nikel masih banyak dilakukan di China. Barulah dari sana, hasil dari pengolahannya didistribusikan ke negara-negara produsen mobil listrik lainnya.

"Kemungkinan hampir 40-45% kendaraan EV, mobil EV ada di dunia, asalnya (bahan baku) baterainya sebenarnya dari Indonesia.

Dari Indonesia dibawa ke China, diproses, terus dikirim ke Amerika, dan Eropa," kata Toto dikutip detikFinance.

Berkaca pada hal itu, Toto menyebut Indonesia punya posisi strategis dan potensi besar untuk berkembang di sektor kendaraan listrik global. Di sisi lain, untuk mengelola baterai memang bukan hal mudah. Proses yang harus dilalui antara lain, mining, smelting, dan penyiapan secara kimia. Smelting dan refining itu akan dilakukan di Antam. Selanjutnya calon baterai itu akan diolah menjadi katoda baru selanjutnya membuat sel baterai.

Tak cuma itu, dibutuhkan juga investasi besar dalam pembuatan sel baterai. Tak kalah penting, daur ulang baterai kendaraan listrik juga harus disiapkan. Toto menjelaskan, nantinya nikel yang sudah digunakan sebagai baterai untuk mobil itu bisa didaur ulang kembali, sehingga nikelnya bisa digunakan kembali.

Toto menambahkan, hasil dari daur ulang baterai ini menghasilkan hampir 99%, sehingga keberlanjutan akan terjaga. Menurutnya, hal ini menjadi solusi dari kekhawatiran bahwa nikel akan hilang begitu saja usai diolah menjadi baterai.

"Jadi sustainability itu akan selalu ada. Jadi ketakutan bahwa nikel kita untuk baterai EV itu langsung hilang, ini dengan ini ada solusi sebenarnya," jelas Toto.



Toto menambahkan, hasil dari daur ulang baterai ini menghasilkan hampir 99%, sehingga keberlanjutan akan terjaga. Menurutnya, hal ini menjadi solusi dari kekhawatiran bahwa nikel akan hilang begitu saja usai diolah menjadi baterai.

"Jadi sustainability itu akan selalu ada. Jadi ketakutan bahwa nikel kita untuk baterai EV itu langsung hilang, ini dengan ini ada solusi sebenarnya," jelas Toto.



Baca Lebih Lanjut
Mitsubishi Belum Rilis Mobil Hybrid-Listrik Baru Nih?
Detik
Mobil Listrik Honda e:N1 Meluncur, Biaya Langganan Rp 22 Juta Sebulan
Detik
Langganan Mobil Listrik Honda Rp 22 Juta/Bulan, Siap-siap Keluar Duit Segini!
Detik
Melihat Deretan Mobil Rendah Emisi: Innova Listrik hingga Mirai 'Telanjang'
Detik
VinFast Boyong Mobil Listrik VF 3 ke Indonesia, Harap Bisa Selaris di Vietnam
Detik
Honri Boma EV, Mobil Listrik Murah Tampang Ala Alphard di IIMS 2025, Harga Pre-sale Rp199 Juta  
Choirul Arifin
Mulai Pakai Mobil Listrik sebagai Mobil Dinas, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji Malah 'Pusing'
Irwan sy
Deretan Mobil Baru Siap Meluncur di IIMS 2025 Hari Ini, Ada dari BYD-Suzuki
Detik
Mobil Listrik Jetour X50e Melantai di IIMS 2025, Harga Masih Rahasia
KumparanOTO
Honri Boma Si 'Alphard Mini' Dijual di Indonesia, Harga Rp 199 Juta
Detik