SURYA.CO.ID MADIUN  - Selama ini, Kabupaten Madiun dikenal oleh masyarakat luar daerah, sebagai sentra penghasil sambal pecel. 

Santapan kuliner yang dinikmati dengan nasi dan lauk pauk ini kemudian terkenal, lantaran dipopulerkan oleh wisatawan dengan sebutan Nasi Pecel.

Namun seiring berjalannya waktu, Kabupaten Madiun memiliki banyak produk unggulan ketahanan pangan. 

Produk produk inilah yang diharapkan bakal menjadi ikon baru di Kabupaten Madiun. Produk itu adalah Porang, Beras Sehat Rendah Karbon, Kopi dan Kakao.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto, memaparkan, luas lahan Padi Sehat Rendah Karbon 215 Ha, tersebar di 5 Kecamatan. Mulai dari Kecamatan Saradan, Pilangkencang, Jiwan, Sawahan, dan Wungu.

“Strategi pengembangan Beras Sehat Rendah Karbon antara lain perluasan,dan pendampingan kawasan praktik budidaya Padi Sehat Rendah Karbon,” ujar Sumanto, Rabu (30/10/2024).

petani madiun 1
Petani di Desa Kebonagung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, tengah menanam padi di sawah saat musim kemarau, Jumat siang (13/9/2024)


Sumanto menambahkan, strategi selanjutnya adalah Kemitraan Beras Sehat Rendah Karbon, sebagai Bisnis Model, dengan melibatkan maupun memberikan keuntungan kepada petani.

“Kemudian menerapkan kebijakan perlindungan, dan pemberdayaan petani terkait dengan Penggilingan Padi,” imbuhnya.

Mengenai Porang, Sumanto menuturkan, Luas Tanam Porang tahun 2024 mencapai 5.755 ha, sementara Luas Panen Porang tahun 2024 sebanyak 5.676 ha, lalu total produksi Umbi Basah 55.667,70 ton, serta produksi Beras Porang 750 ton.

“Tanaman Porang tersebar di 9 kecamatan seperti Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Mejayan, Wonoasri, dan Madiun.Harga Umbi Porang saat ini di tingkat petani Rp. 10.000 sampai Rp.11.000,” tuturnya.

Produk berikutnya yang tak kalah penting di Bumi Kampung Pesilat, julukan Kabupaten Madiun, adalah Kakao.

Sumanto mengungkapkan, luas areal Kakao sebanyak 4.407,44 hektar, total produksi 892,50 ton. 

“Daerah sentra Kakao yakni Kecamatan Dolopo, Dagangan, Kare, dan Gemarang,” ungkapnya.

Produk terakhir yang menjadi unggulan adalah Kopi.

Tercatat Kabupaten Madiun memiliki luas areal kopi 514,60 hektar, dan produksi 170,50 ton.

“Kopi ini ada 2 macam yaitu Robusta dan Arabica. Wilayah yang paling banyak kopi meliputi Kecamatan Kare, Dolopo, Dagangan, dan Gemarang,” ungkapnya.

Dalam meningkatkan produk unggulan, lanjut Sumanto, pihaknya melakukan peningkatan kualitas produk dengan pemilihan varietas unggul, penerapan teknik budidaya yang baik, pengolahan pasca panen yang baik, hingga penerapan standar mutu.

“Lalu soal peningkatan produksi dengan, optimalisasi lahan, pemanfaatan teknologi pertanian, peningkatan sumber daya manusia, dari sisi pemasaran ada pengembangan branding atau merk yang mudah diingat konsumen, diversifikasi produk, sampai kerjasama dengan koperasi, pedagang besar, atau supermarket,” bebernya.

Pihaknya juga memberikan bantuan berupa sarana produksi pertanian, berupa benih, pupuk,dan pestisida.

Selain itu juga ada alat mesin pertanian, serta infrastruktur terdiri dari jaringan irigasi dan perpompaan.

“Selanjutnya bantuan dengan pupuk alokasi pupuk bersubsidi mendapatkan tambahan alokasi agar pupuk bisa tercukupi,” katanya.

Mengenai persoalan pada Kakao, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun menghadirkan inovasi pengendalian hama kakao dengan pestisida organik, di wilayah Kecamatan Kare dan Kecamatan Gemarang.

“Masih adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman, antara lain Penggerek Buah Kakao dan Helopeltis,” terangnya.

“Apalagi disaat musim penghujan,dalam kondisi kebun posisi kelembaban tinggi, kadang masih ada serangan jamur pada buah, yang berakibat buah busuk dari ujung buahnya. Tentu berdampak ke produksi jadi berkurang,”sambung Sumanto.

Pihaknya mengaku rutin mengadakan pembinaan terkait penanganan panen dan pasca panen tanaman Kakao, yang diharapkan sebelum penjemuran atau pengeringan dilakukan fermentasi, untuk meningkatkan mutu Biji Kakao.

Di satu sisi, kegiatan yang terus dilaksanakan yaitu Gerakan Pengendalian Hama Penyakit, agar tidak terserang hama dengan menggunakan Pestisida Nabati, yang dilakukan bersama antara Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, dengan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, serta Direktorat Jenderal Perkebunan.

“Pemasaran terbuka lebar khususnya Kakao, harga saat ini Rp 80.000- Rp 90.000 per kilogram biji kering. Kalau yang fermentasi sampai Rp 140.000 per kilogram biji kering,” ujarnya.

“Pemasaran sangat mudah karena banyak pedagang yang mencari Biji Kakao. Ada yang dijual ke pengepul terus dari pengepulnya ada yang dibawa ke Blitar,” lanjut Sumanto.

Kedepan pihaknya tetap konsisten dalam pembinaan petani, maupun pengembangan dan rehabilitasi tanaman yang rusak, dengan harapan petani mendapatkan penghasilan lebih baik.

“Tujuannya adalah lebih mensejahterakan para petani. Terlebih Kakao ini kan bahan baku industri, jadi jualnya bukan untuk konsumsi sendiri karena masih panjang rantai prosesnya untuk konsumsi,” pungkas Sumanto.

Baca Lebih Lanjut
Loves Semprong Luncurkan Logo Baru, Simbol Cinta Victor dan Jessica
Sindonews
Puluhan Peserta Ikuti Krenova, Sekda Demak Wajibkan OPD Bantu Mengembangkan Produk
M Syofri Kurniawan
Meningkatkan Budaya Karakter Sekolah di Kota Madiun melalui Lomba Best Practice P5
Timesindonesia
Zulhas tekankan perlunya pengembangan komoditas kelapa hingga kopi
Antaranews
Hati-hati Kulit Jadi Perih, Simak 4 Tips Aman Menggunakan Skincare Kojic Acid!
Marsha Ayu
FKIP UNIPMA Madiun dan SMPN 1 Ngawi Jalin Kerjasama Aktifkan Komunitas Belaja
Timesindonesia
Seluruh komoditas pertambangan alami kenaikan harga pada November 2024
Antaranews
Prodi Akuntansi UNIPMA Madiun Sosialisasikan Program RPL di BCA
Timesindonesia
Peluang Produk Personal Care untuk Laki-laki di Indonesia, Dibahas di Cosmetic Day 2024!
Cerysa Nur Insani
ASN Pemkab Mojokerto Diminta Dukung Eksistensi Aplikasi Marketplace Tumbas
Titis Jati Permata