Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tim Lampu Nusantara (Lamusa) asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengimplementasikan lampu LED permukaan hemat energi untuk membantu penerangan kapal purse seine untuk membantu nelayan. 

Ketua tim Lamusa, Iwan Cony Setiadi ST MT menjelaskan, kapal purse seine bertajuk Lamusa Bahari ini merupakan kapal nelayan yang dilengkapi dengan alat tangkap ikan pelagis, yakni spesies ikan yang hidup bergerombol di dekat permukaan air. 

Dalam pengoperasiannya, cahaya menjadi alat bantu utama nelayan untuk menarik perhatian gerombolan ikan.

“Sayangnya, lampu yang digunakan nelayan boros energi sehingga konsumsi energi secara ekonomi masih belum optimal,” ungkap dosen Departemen Teknik Fisika ITS tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Iwan bersama timnya menghadirkan Lamusa Bahari sebagai solusi penerangan yang telah disesuaikan dengan kondisi eksisting nelayan saat ini. 

Iwan menerangkan, Lamusa Bahari merupakan produk lampu berbasis LED dan aluminium yang memiliki efisiensi tinggi dengan penghematan sebesar 40 hingga 50 persen. 

Lampu ini memiliki umur pakai lebih panjang yang mencapai 50 ribu jam pemakaian.

"Dibuat dengan material marine grade, lampu ini dapat digunakan secara fleksibel oleh nelayan dan dapat ditempatkan di seluruh bagian kapal. Pengaturan intensitas cahaya pada lampu ini pun dapat diatur dan bisa melakukan dimming atau pengaturan peredupan LED untuk menghemat daya serta efisiensi energi,"paparnya.

Meski demikian, tingkat pemanasan lampu ini masih lebih rendah dibanding lampu konvensional biasanya, sehingga dapat terhindar dari overheat yang bisa mengganggu kerja lampu.

Lebih lanjut, Iwan mengatakan, lampu ini tidak mengandung merkuri yang dapat membahayakan lingkungan. Selain itu, teknologi pada lampu ini menghasilkan spektrum warna hijau untuk menyesuaikan jenis dan usia ikan tertentu. 

Dengan hal tersebut, lampu Lamusa Bahari dapat membantu nelayan menghindari overfishing dan bycatch. Overfishing sendiri merupakan kegiatan penangkapan ikan berlebihan, sedangkan bycatch adalah hasil tangkapan yang tidak disengaja atau tidak tepat.

Lewat inovasi ini, tim yang juga beranggotakan Agus Muhammad Hatta ST MSi PhD, Prof Dr Dewi Hidayati SSi MSi, Gita Widi Bhawika SST MMT CSCA, dan Ahmad Rieskha Harseno ST MDs ini telah berhasil meraih pendanaan pada ajang bergengsi PF Sains 2024, September lalu.

PF Sains merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Pertamina Foundation untuk mendorong para inovator mewujudkan inovasi energi terbarukan dan teknologi. 

Ke depan, Iwan menegaskan bahwa Lamusa Bahari dan tim Lamusa akan terus berbenah dari berbagai sisi. 

"Fokus terdekat dalam pengembangan Lamusa Bahari adalah meningkatkan pengetahuan nelayan terhadap produk dan instalasi langsung produk ini,"tegasnya. 

Melalui upaya tersebut, Iwan meyakini akan semakin banyak nelayan yang akan terbantu untuk meningkatkan produktivitasnya dalam menangkap ikan dan melaut.

Baca Lebih Lanjut
Mahasiswa Unja bangun PLTS, bantu warga Batanghari nikmati listrik
Antaranews
Mahasiswa ITS Buat Inovasi Konsep Gedung Anti Gempa yang Ramah Lingkungan
Detik
Tim SAR cari nelayan hilang di Perairan Karang Tomia Wakatobi
Antaranews
TV LED 50-65 Inch di Transmart Diskon Gede, Bisa Hemat Rp 3,9 Jutaan
Detik
Keren! Warga Pabaton Indah Bogor Buat Kincir Air Pembangkit Listrik di Selokan, Berawal dari Iseng
Tsaniyah Faidah
Pertagas Ciptakan Nilai Tambah Rp395 Miliar Melalui Inovasi Berkelanjutan
Sindonews
Seorang Nelayan di Kaimana Dikabarkan Hilang, Tim SAR Lakukan Pencarian
Paul Manahara Tambunan
Uang Kaget Lagi x Bedah Rumah Bantu Keluarga Irfan yang Bekerja sebagai Nelayan
Sindonews
Pj Gubernur Bali unggulkan tiga inovasi buat raih IGA 2024
Antaranews
RI Gandeng Prancis buat Tekan Perubahan Iklim dan Dukung Transisi Energi
Detik