Seorang siswa kelas IX di salah satu SMP di Depok, R (15), diduga menjadi korban perundungan atau bullying hingga melukai diri sendiri. Kepala sekolah membantah R dirundung dengan cara dilempar batu oleh sesama siswa.
"Nggak ada (lempar batu siswa ke R)," kata Kepala SMPN 8 Tatag Hadi Sunoto di Depok, Jumat (4/10/2024).
Tatag menyebutkan tidak ada batu di sekolahnya. Dia mengatakan, kalaupun ada, batu di sekolahnya hanya berukuran kecil.
"Oh ya iya lah (membantah adanya pelemparan batu). Seperti tadi, jangankan batu, kerikil saja nggak. Lihat saja yang di sekitar itulah. Oke, tempat lompat jauh yang sekarang diiniin kan paling pasir. Kalaupun ada batu kerikil yang itu. Ya di situ kan. Kan nggak ada. Jangankan batu, ibaratnya kerikil saja kan. Bisa lihat lah," jelasnya.
Dia menganggap narasi R, yang merupakan siswa berkebutuhan khusus, dilempar batu beredar karena tidak ada klarifikasi ke sekolah. Dia mengatakan siswa yang diduga melakukan perundungan telah dimintai keterangan dan membantah.
"Ya itu maaf-maaf saja. Kalaupun misalnya dalam tanda kutip itu. Karena mungkin tanpa klarifikasi ataupun enggak konfirmasi yang tepat sehingga mungkin tidak disusun kata kalimat seperti itu," tuturnya.
"(Tujuh siswa) sudah (diperiksa). Iya dalam arti yang dilakukan selama inilah. Karena memang kondisi anaknya seperti. Berarti. Iya (mereka membantah mem-bully R)," sambungnya.
Wakil Bidang 1 Sarana dan Prasana SMPN 8, Siti Rukiah, juga menyebut tak ada bully yang terjadi. Dia mengatakan R dan teman-temannya baik-baik saja.
"Yang saya tahu, tidak (terjadi bullying). Yang saya tahu, selama ini anak itu dengan teman-temannya baik-baik saja. Di kelas juga tidak ada masalah, karena saya yang ngajar di kelasnya," kata Siti.
Siti tidak menjelaskan secara detail kejadian itu, tapi menurutnya peristiwa itu terjadi seusai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2024. Dia mengaku tidak melihat kejadiannya. Siti mengaku hanya mengetahui R terluka karena diduga memecahkan kaca.
"R diantar ke rumah sakit, Rumah Sakit Brimob ke IGD-nya. Itu diantar oleh wali kelasnya, Bu Dwi Margiasi, dan oleh pembina UKS, Ibu Reni Winarti. Di sana menunggu ditangani sambil menunggu orang tuanya karena menurut beliau tindakan baru bisa dilakukan kalau ada persetujuan dari orang tuanya," tuturnya.
"Jadi setelah ada orang tuanya, baru kemudian kami bisa meninggalkan R untuk kembali lagi ke sekolah. Udah, itu aja," tuturnya.
Sebelumnya, orang tua R (15) mengungkap anaknya mengalami trauma. Korban enggan masuk sekolah setelah di-bully hingga melukai diri sendiri.
"Dia tidak mau sekolah dulu sih. Tetapi dari Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak dan psikologi sih yang ingin mendampingi anak saya dulu," kata ayah korban yang berinisial F kepada wartawan di Polres Metro Depok, Kamis (3/10).
Perundungan yang dialami oleh R ini terjadi saat upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2024, di sekolahnya. R dilempari batu oleh teman-temannya hingga ditendang.
Karena tidak bisa membalas teman-temannya, R akhirnya meluapkan kekesalannya dengan memukul kaca hingga tangannya terluka. Jari R dioperasi karena uratnya terputus akibat pecahan kaca tersebut.
Atas kejadian ini, F melapor ke Polres Metro Depok. Laporan F teregister dengan nomor LP/B/2091/X/2024/SPKT/Polres Metro Depok/Polda Metro Jaya, tanggal 3 Oktober 2024. F berharap polisi mengusut tuntas kasus ini. Ia berharap siswa inklusi yang berkebutuhan khusus dapat terlindungi saat proses belajar mengajar.