Ringkasan Berita:
- Kepala SMA Negeri 1 Cimarga, Lebak, Banten, dilaporkan orang tua inisial ILP
- Kasus bermula dari dugaan penamparan terhadap ILP yang ketahuan merokok
- Kepala SMA Negeri 1 Cimarga akhirnya dinonaktifkan
SURYA.CO.ID - Dini Fitria, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Cimarga, Lebak, Banten, resmi dilaporkan pihak keluarga ke Polres Lebak.
Laporan tersebut dibuat pihak keluarga siswa kelas 12 inisial ILP (17), Jumat (10/10/2025) kemarin.
Pelaporan ini buntut kasus dugaan penamparan yang dilakukan oleh Kepsek SMAN 1 Cimarga
Kanit PPA Satreskrim Polres Lebak, IPDA Lembong, membenarkan bahwa pihaknya menerima laporan dari pihak keluarga terkait kekerasan fisik yang diduga dilakukan oknum Kepsek SMA Negeri 1 Cimarga kepada anaknya.
"Iya benar, kita sudah menerima laporannya pada Jumat oleh ibu dan anaknya," ujarnya dalam sambungan telepon, Rabu (15/10/2025), dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Banten.
Lembong mengatakan, laporan masih dalam tahap proses penyelidikan.
Atas laporan ini, kata Lembong, pihaknya akan melakukan pemeriksaan sejumlah saksi-saksi.
"Dua orang terduga pelaku dan korban sudah kami mintai keterangan. Masih ada saksi lagi yang akan kita periksa," katanya.
Duduk Perkara
Kasus ini bermula ketika ILP ketahuan merokok di warung dekat sekolah, Jumat (10/10/2025) pagi.
Ia pun mengakui tindakan tersebut.
"Saya kaget waktu ketemu kepsek. Rokok langsung saya buang, tapi disuruh nyari lagi sama kepala sekolah,” katanya.
Singkat cerita, Dini Fitria kemudian menyuruh ILP mencari rokok yang telah dihisapnya.
Saat itu, ibu kepsek dalam kondisi marah serta memaki-maki ILP.
Tidak berhenti di situ, Dini Fitria juga diduga melayangkan pukulan ke arah tubuh ILP.
"Beliau marah, nendang saya di bagian punggung, terus nampol saya di pipi kanan."
"Kepsek bilang g****k, a****g, terus nyuruh saya nyari rokok lagi, padahal udah enggak ada," tegas ILP.
Kepsek Diminta Mundur
Atas kejadian tersebut, para siswa SMAN 1 Cimarga meminta Dini Fitria mundur dari jabatannya.
Mereka pun melakukan aksi mogok belajar hingga kepsek diganti.
Novi mengatakan, tuntutan para siswa dalam aksi mogok tersebut adalah agar kepala sekolah mengundurkan diri.
“Kata mereka, ‘Bu, kami mau masuk sekolah kalau kepseknya diganti.’ Itu tuntutan anak-anak seperti itu,” ujar guru SMA Negeri 1 Cimarga, Novi Ika Susanti, Selasa (14/10/2025).
Ia menambahkan, sebelum aksi mogok dimulai, para siswa sempat meminta izin untuk tidak masuk sekolah.
“Sebelum terjadi mogok, mereka izin tidak masuk. Alasannya, mereka merasa terbebani secara mental kalau masih dipimpin oleh kepala sekolah yang sama,” katanya.
Sebagai guru, Novi mengaku telah berusaha membujuk para siswa agar kembali masuk sekolah sejak Minggu lalu.
“Kami sudah imbau agar mereka tetap sekolah dari hari Minggu kemarin,” ujarnya
Novi menyebut, hingga kini belum ada kejelasan kapan para siswa akan kembali bersekolah.
“Kami para guru tidak tahu sampai kapan mogok ini berlangsung. Sampai hari ini pun kami terus berusaha agar mereka mau masuk dan belajar secara online,” ujarnya.
“Kalau dulu kasih salam, langsung ada yang nyaut. Sekarang tidak ada, saya juga bingung,” tambahnya.
Ia juga mengatakan, belum ada instruksi dari kepala sekolah terkait langkah yang harus diambil guru untuk menjemput siswa ke rumah.
“Tadinya kami mau ke rumah siswa, tapi kami menunggu perintah dari kepala sekolah. Jadi kami bingung arah tindakannya ke mana,” katanya.
Dinonaktifkan
Sementara Gubernur Banten, Andra Soni, memutuskan menonaktifkan Dini Fitria.
"Akan segera dinonaktifkan," ujar Andra di Pendopo Gubernur Banten, Serang, Selasa (14/10/2025).
Ia juga menyarankan wartawan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai keputusan tersebut dari Sekretaris Daerah (Sekda) Banten, Deden Apriandhi, atau Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Banten, Lukman.
"Coba ke Pak Sekda itu lebih lengkapnya," tambah Andra sebelum meninggalkan wartawan.
Di lokasi yang sama, Sekda Banten, Deden Apriandhi mengaku telah melihat rekaman video yang menunjukkan insiden antara guru dan murid tersebut.
Untuk menindaklanjuti kejadian ini, Deden berencana memanggil pihak-pihak yang mengetahui peristiwa tersebut.
"Kemarin telah memerintahkan Pak Lukman selaku Plt Kadisdikbud untuk memanggil guru-guru untuk dimintai keterangan hari ini, dan mudah-mudahan nanti bisa kita tindaklanjuti," jelas Deden.
Deden menegaskan, jika dari hasil pemeriksaan terbukti terjadi tindak kekerasan, Pemprov Banten akan mengambil tindakan hukum kedisiplinan terhadap oknum guru tersebut.
"Kalau memang sampai ada tindakan kekerasan, mungkin pemberhentian," ujarnya.
Selama proses pemeriksaan berlangsung, Deden menambahkan, Pemprov Banten telah menonaktifkan Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga untuk menjaga kondusivitas di sekolah dan mencegah aksi mogok siswa.
"Sambil melakukan pendalaman, kita akan menonaktifkan sementara dulu guru yang bersangkutan supaya clear," kata Deden.
Murid Sudah Masuk Kembali
Usai penonaktifan Dini, para siswa SMAN 1 Cimarga mulai kembali ke sekolah, Rabu (15/10/2025).
"Besok (Rabu, 15 Oktober 2025,-red) siswa siap masuk sekolah katanya," ujar guru bernama Dhea Najmilayali.
Dhea mengatakan, rencana siswa kembali masuk sekolah, setelah melakukan diskusi bersama 12 perwakilan siswa dan Kepala Bidang (Kabid).
"Iya, tadi sudah diskusi dengan 12 perwakilan siswa dengan Kabid juga," katanya.
Saat dipastikan kembali apakah hari ini, anak-anak sudah mulai masuk sekolah atau belum.
Dhea Najmilayali memberikan kepastian bahwa para siswa kini sudah masuk sekolah.
"Iyaa pak sudah KBM lagi alhamdulillah," jelas Dhea.
Pernyataan Dini
Dini Fitria buka suara, terkait dugaan kekerasan terhadap siswa, yang menyeret nama dirinya.
Dalam sebuah video, Dini menjelaskan, peristiwa terjadi pada hari Jumat bertepatan dengan pelaksana program Jumat bersih.
Namun, pada saat dirinya berkeliling melihat seorang siswa tengah merokok di dekat warung kecil yang berada di luar pagar sekolah.
"Jumat Bersih itu bagian dari rangkaian kegiatan pembentukan karakter para siswa. Saya lihat dari jarak sekitar 20-30 meter, ada asap rokok di tangan anak itu," kelasnya.
"Saya panggil dengan suara agak keras, karena jaraknya cukup jauh. Anak itu langsung lari," sambungnya.
Saat dimintai keterangan, kata Dini, siswa tersebut tidak mengakui perbuatannya, yang membuat dirinya sempat emosi karena merasa dibohongi.
Dini juga mengakui, telah menampar siswanya tersebut, akan tetapi tidak begitu keras.
"Saya kecewa bukan karena dia merokok, tapi karena tidak jujur. Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan, tidak ada pemukulan keras," katanya.
Tak hanya itu, Kepsek itu membantah bahwa dirinya menendang siswanya tersebut.
"Saya tidak menendang. Hanya menepuk bagian punggung, itu pun karena emosi spontan. Tidak ada luka atau bekas apa pun," ucapnya.
Menurut Dini, warung tempat kejadian tersebut memang sudah menjadi perhatian pihak sekolah, lantaran diduga kerap menjual rokok kepada siswa.
"Kami sudah pernah mengingatkan pemilik warung, agar tidak menjual rokok. Bahkan kami buat kesepakatan, kalau masih ketahuan, kantinnya akan kami tutup sementara," ujarnya.
Dini berharap peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran, agar lebih berhati-hati dan menjaga komunikasi antara guru, siswa dan orang tua.
"Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi," pungkasnya.
Klik di sini untuk untuk bergabung