TRIBUNNEWS.COM – Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, bersama pemilik baru klub, INEOS, tengah bekerja sama mengubah kebijakan transfer Setan Merah pada bursa musim panas 2025.
Langkah ini dilakukan sebagai respons atas banyaknya kegagalan rekrutan besar yang selama satu dekade terakhir justru membawa masalah di ruang ganti.
Dalam beberapa tahun terakhir, terlalu banyak pemain mahal United yang dinilai gagal memenuhi ekspektasi.
Nama seperti Jadon Sancho jadi sorotan, bukan karena performa, melainkan sikap dan ketegangan yang sempat terjadi dengan pelatih.
United kini berusaha memperbaiki warisan buruk era Glazer, dengan melepas pemain yang performanya tidak sebanding dengan gaji dan pengaruhnya di klub.
Perubahan strategi pun terlihat nyata musim panas ini, dengan fokus tak hanya pada kemampuan teknis pemain, tetapi juga pada karakter dan sikap profesional.
Fokus Baru: Rekrut Pemain Berkualitas dan Berkarakter
Pelatih Ruben Amorim menegaskan bahwa karakter kini menjadi kriteria penting dalam rekrutmen pemain.
Dalam wawancaranya dengan media klub, Amorim menuturkan:
“Itu adalah poin penting dalam cara kami melakukan sesuatu sekarang. Bukan hanya bagaimana mereka bermain tentu itu penting, tetapi karakter mereka juga sangat penting," jelas Amorim dikutip dari Unitedinfocus
"Kami meluangkan banyak waktu untuk mengenal para pemain dan berbicara dengan semua orang sebelum membawa mereka ke dalam grup kami."
"Itu akan menjadi aturan, dan menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan," tambahnya.
Kebijakan baru ini merupakan respons atas kegagalan masa lalu, seperti saat United mengabaikan tanda-tanda peringatan saat merekrut Jadon Sancho dari Borussia Dortmund.
Sancho kemudian berselisih secara terbuka dengan Erik ten Hag dan membuat komentar yang memperkeruh suasana di klub.
Dalam bursa transfer musim panas 2025 ini, Bryan Mbeumo dan Matheus Cunha dianggap sebagai contoh sukses dari penerapan kebijakan baru tersebut.
Keduanya langsung memberikan kontribusi positif dan menunjukkan karakter yang dinilai cocok dengan etos kerja dan tekanan bermain untuk Manchester United.
Langkah Amorim bahkan diperkuat dengan pengangkatan kepala divisi budaya baru di klub, yang bertugas menjaga suasana ruang ganti tetap sehat dan kompetitif.
Luke Shaw bahkan sempat menyebut bahwa sebelumnya ada “lingkungan yang beracun” di ruang ganti, sesuatu yang kini sedang dibersihkan oleh sang pelatih.
Dengan pendekatan baru yang lebih selektif dan berorientasi jangka panjang ini, Manchester United berharap bisa membangun skuad yang tidak hanya kuat di atas kertas, tetapi juga solid secara mental dan budaya.
(Ali)