TRIBUNJAKARTA.COM - Duduk perkara polemik donasi Rp 1,5 miliar untuk Abd Haris Agam, atau yang akrab dijuluki Agam Rinjani.
Nama Agam Rinjani menjadi sorotan setelah mengevakuasi jenazah pendaki asal Brasil Juliana Marins (27) di lereng Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Aksinya menarik simpati luas dari masyarakat Brasil, hingga ia dijuluki “malaikat” oleh warganet di sana.
Saat tragedi terjadi, Agam dan timnya mendaki dalam kondisi sulit dan berbahaya.
Mereka menemukan jenazah Juliana di tepi jurang 500 meter.
Agam mengaku menghabiskan malam di sana sambil memegang tubuh Juliana agar tidak terjatuh lebih jauh.
“Saya belum bisa tidur sampai sekarang. Sangat sedih. Kami tidak bisa menyelamatkannya. Kami menahannya semalaman di tepi tebing. Sangat menyedihkan,” kata Agam dengan suara bergetar dalam wawancara dengan media Brasil GLOBO.
Awalnya, Agam menolak bantuan finansial.
“Ia bilang bahwa ia melakukan itu dengan hati, tidak mengharapkan imbalan,” ujar Sinta Stepani, penerjemah yang menemaninya saat siaran langsung.
Namun, karena desakan dari masyarakat Brasil, ia akhirnya bersedia menerima donasi.
Agam bahkan berencana membagikan dana itu kepada rekan-rekannya yang turut serta dalam pencarian, serta menggunakannya untuk program pelestarian lingkungan seperti penanaman pohon di jalur pendakiannya.
Donasi yang terkumpul untuk Agam Rinjani sempat menembus lebih dari setengah juta real Brasil atau setara Rp1,5 miliar.
Pembatalan Donasi
Dana donasi yang mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar atau sekitar R$522 ribu itu dikumpulkan melalui platform asal Brasil, Voaa.
Pada Senin pagi, 30 Juni 2025, Voaa memutuskan untuk menghentikan kampanye donasi tersebut.
Alasannya, muncul banyak kontroversi, terutama terkait pemotongan biaya administrasi sebesar 20 persen yang dianggap membuat suasana tidak kondusif.
“Kami memutuskan untuk segera membatalkan kampanye ini serta mengembalikan seluruh donasi secara otomatis dan utuh kepada para donatur,” tulis Voaa dalam pernyataan resminya.
Isu biaya potongan tersebut menjadi salah satu pemicu utama pembatalan.
Banyak publik Brasil mempertanyakan ke mana dana itu benar-benar akan disalurkan dan berapa besar yang akan sampai ke tangan Agam.
Di balik pembatalan tersebut, tersimpan polemik mengenai biaya administrasi dari platform penggalangan dana, serta sorotan publik terhadap transparansi dan tujuan awal kampanye tersebut.
Alasan donasi untuk Agam Rinjani dibatalkan Kabar pembatalan donasi diumumkan oleh platform VOAA dan Razoes para Acreditarm, yang menjadi penggagas kampanye pengumpulan dana untuk Agam, pada Senin.
Dalam unggahan bersama di Instagram, mereka mengaku menjadi sasaran "serangan, ancaman, informasi palsu, dan ujaran kebencian" sejak rincian biaya platform mereka menjadi sorotan.
Diketahui, dari total donasi sebesar 522.305 real Brasil (sekitar Rp1,5 miliar), sebanyak 20 persen atau sekitar 104.000 real Brasil (sekitar Rp309 juta) akan digunakan sebagai biaya operasional platform.
Biaya inilah yang menuai kecaman, karena dianggap terlalu tinggi untuk aksi kemanusiaan.
“Diskusi soal ‘Vaquinha Agam’ atau donasi untuk Agam sudah mengalihkan perhatian dari esensi kampanye ini dan, terutama, dari kisah yang ingin kami dukung,” tulis VOAA dalam pernyataan resminya.
Pihak platform menyatakan bahwa biaya 20 persen itu digunakan untuk mendanai operasional website, kurasi, verifikasi, produksi konten, manajemen keuangan dan hukum, hingga komunikasi strategis.
Mereka juga menegaskan bahwa potongan 20 persen sudah dibeberkan di awal penggalangan dana.
Namun, karena dibatalkan, dana yang sudah terkumpul akan sepenuhnya dikembalikan ke para donor, langsung melalui metode pembayaran yang digunakan, tanpa perlu proses tambahan.
Proses pengembalian dijadwalkan mulai Senin (30/6/2025). Meski demikian, banyak pendukung Agam di media sosial menyayangkan pembatalan donasi.
“Mereka lebih memilih mengembalikan semua uang daripada melepas potongan 20 persen. Ini membuktikan bahwa sejak awal, ini bukan tentang amal, tapi bisnis,” tulis salah satu komentar di akun Instagram VOAA.
Donasi Disalurkan
Namun kini, platform Voaa menarik kembali keputusan pembatalannya.
Dilansir dari CNN Brasil pada Selasa (1/7/2025), dana tersebut dipastikan akan tetap diberikan kepada Agam tanpa pemotongan biaya apapun.
Pengumuman ini disampaikan oleh Vicente Carvalho, pendiri platform Razões Para Acreditar, yang menjadi mitra kampanye penggalangan dana untuk Agam.
Menurut Vicente, banyak masyarakat yang mendesak agar dana tersebut tetap diberikan kepada Agam, meski sempat timbul kontroversi. Tuntutan itu membuat pihak Voaa mengubah keputusan mereka.
Penjelasan Basarnas
Sementara itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram menegaskan bahwa proses evakuasi terhadap Juliana Marins bukanlah hasil kerja satu orang, melainkan kerja sama tim.
“Kita tidak bisa mengatakan hanya 7 orang saja yang melakukan evakuasi, itu hanya sebagian tim yang kami tugaskan,” jelas Kepala Kantor SAR Mataram, M. Hariyadi, kepada TribunLombok.com, Senin (30/6/2025).
Hariyadi menyebutkan bahwa dalam setiap operasi evakuasi, seluruh kekuatan digerakkan, termasuk dari unsur Brimob, SAR Lombok Timur, hingga para relawan sekitar Gunung Rinjani.
Para personel dibagi tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
“Yang pertama didasarkan pada kompetensi yang bersangkutan (tujuh orang yang turun ke tebing) adalah yang memang handal dalam melakukan evakuasi menggunakan skema lifting,” tambahnya.
Tim yang berada di atas bertugas memastikan keselamatan jalur dan alat-alat seperti tali serta dongkrak tetap aman dan siap digunakan oleh tim yang turun ke dasar jurang.
“Kami tidak bekerja sendiri, kami bekerja tim,” tegas Hariyadi. (TribunJakarta/TribunLombok/Kompas.com)