TRIBUNMANADO.CO.ID - Siapa pemilik HokBen?
HokBen adalah salah satu restoran cepat saji bergaya Jepang yang sangat populer di Indonesia.
Meski menyajikan menu khas Jepang, banyak yang belum mengetahui bahwa restoran ini ternyata merupakan brand asli Indonesia.
Nama asli restoran ini adalah Hoka Hoka Bento, yang dalam bahasa Jepang berarti "bekal makan hangat."
Berdiri sejak 1985, Namun, pada 2013, nama merek resmi diubah menjadi HokBen untuk memudahkan penyebutan dan memperkuat identitas merek di Indonesia.
Lantas siapa pemiliknya?
Meski banyak yang menyangka HokBen berasal dari Jepang, kenyataannya restoran ini lahir dari tangan kreatif pengusaha Indonesia, Hendra Arifin.
Berdasarkan informasi dari situs resmi HokBen (diakses 30 Juni 2025), restoran ini pertama kali berdiri pada 18 April 1985 di Jakarta.
Operasionalnya berada di bawah naungan perusahaan nasional, PT Eka Bogainti.
HokBen pertama kali dibuka pada 18 April 1985 di Jalan Kebon Kacang, Jakarta Pusat.
Saat itu, pemilik PT Eka Bogainti melihat potensi besar di tengah pesatnya pembangunan Jakarta.
Terinspirasi dari "bento" khas Jepang, HokBen mulanya menyasar pekerja kantoran dengan konsep makanan cepat saji yang bisa dibungkus.
Namun, tren masyarakat Indonesia yang lebih suka makan di tempat membuat HokBen berkembang menjadi restoran dengan layanan makan di tempat dan pesan antar.
Meski awalnya menggunakan lisensi dari Jepang, HokBen kini sepenuhnya merupakan produk dalam negeri.
Setelah restoran sejenis di Jepang tutup, HokBen tidak lagi terafiliasi dengan pihak Jepang dan sepenuhnya dikelola oleh PT Eka Bogainti.
Saat ini HokBen memiliki lebih dari 150 gerai yang tersebar di kota-kota besar, hingga Bali.
Uniknya, semua gerai tersebut adalah cabang resmi milik PT Eka Bogainti bukan waralaba.
Sayangnya, gerai pertama HokBen di Jalan Kebon Kacang kini sudah tidak beroperasi.
Pada tahun 2013, HokBen resmi mengganti nama dari Hoka Hoka Bento.
Langkah rebranding ini merupakan respons terhadap masukan pelanggan yang menganggap nama HokBen lebih mudah diucapkan.
Warna restoran pun berubah menjadi kuning dan putih, namun dua maskot lucu mereka, Tori dan Hanako, tetap dipertahankan.
Beberapa menu andalan seperti Chicken Teriyaki, Chicken Katsu, dan Yakiniku tetap menjadi favorit pengunjung sejak dulu.
Es merah delima yang dahulu populer kini sudah tidak dijual, karena sulitnya menjaga kesegaran bahan.
Namun, cita rasa khas nasi putih dan mayonnaise buatan HokBen tetap menjadi ciri khas tersendiri.
Untuk menjaga cita rasa dan kualitas yang konsisten, HokBen memiliki pabrik pusat di Ciracas, Jakarta Timur, serta hub di Bogor, Yogyakarta, dan Surabaya.
Semua bahan makanan diolah dan didistribusikan langsung oleh perusahaan untuk setiap cabang di Indonesia.
HokBen dikenal dengan sistem pelayanan yang cepat dan efisien.
Setiap pelanggan akan dilayani oleh satu petugas secara personal sejak mengambil nampan hingga membayar di kasir.
Sistem ini membuat pengalaman makan di HokBen terasa tertib dan cepat.
Soal harga, HokBen menawarkan pilihan yang cukup variatif. Mulai dari menu ringan seperti takoyaki dan siomay seharga Rp 17.000, hingga paket hemat seharga Rp 25.000.
Sementara itu, menu premium seperti Salmon Guriru dibanderol sekitar Rp 80.000 termasuk pajak.
Dari perjalanan panjangnya selama hampir empat dekade, HokBen berhasil menjelma menjadi restoran cepat saji Jepang rasa Indonesia yang tak hanya digemari karena makanannya, tapi juga karena kedekatannya dengan kenangan dan cerita banyak keluarga Indonesia.
Sebagian artikel tayang di Kompas.com
-
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini