TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, memiliki banyak wisata pegunungan.
Salah satu yang sedang hits adalah Bukit Dewa Dewi yang berlokasi di Dusun Sumur, Desa Suci, Kecamatan Pracimantoro.
Tempat ini masih relatif baru karena mulai dikenal masyarakat pada 2024 lalu.
Bukit Dewa Dewi sebenarnya merupakan bukit yang dijadikan kebun buah alpukat. Namun, di puncaknya, dibangun taman.
Taman ini memanjang dari timur ke barat yang dilengkapi dengan ornamen-ornamen patung dewa dan dewi.
Wisatawan bisa menikmati keindahan panorama alam dari ketinggian berupa dataran rendah di sisi utara.
Selain itu pada pagi hari yang cerah, sunrise atau matahari terbit bisa disaksikan dari puncak bukit berselimut kabut.
Asal-usul Bukit Dewa Dewi
Bukit Dewa-Dewi, yang terletak di Desa Suci, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, awalnya tak pernah dirancang untuk menjadi objek wisata.
Namun, pemandangan indah dan suasana sejuk di perbukitan justru menarik perhatian banyak pengunjung dari berbagai daerah.
Berawal dari Kebun Alpukat
Pemilik Bukit Dewa-Dewi, Tito Juniadi, awalnya hanya ingin menjadikan area seluas 37 hektare itu sebagai kebun alpukat.
Sejak akhir 2021, pria asal Pacitan ini telah menanam sekitar 12.000 batang pohon alpukat di perbukitan kars yang sebelumnya tandus dan kurang produktif.
Rencananya, alpukat-alpukat tersebut akan diekspor ke Thailand, yang permintaan alpukatnya mencapai 3.000 ton per pekan.
Tito sendiri mengaku tak tahu pasti bagaimana kebun alpukatnya bisa viral dan ramai dikunjungi.
Namun, ia mengaku senang melihat banyak orang datang menikmati keindahan alam.
Dengan semangat berbagi kebahagiaan, Tito pun membebaskan biaya tiket masuk, dan hanya parkir kendaraan yang
Yang menarik, seluruh konsep tata ruang Bukit Dewa-Dewi dirancang sendiri oleh Tito.
Mulai dari sistem irigasi tetes, penataan jalur jalan, hingga instalasi taman di puncak bukit ia kerjakan sesuai naluri dan keinginannya.
Di puncak, terdapat kolam dengan patung Rama dan Sinta, simbol kasih sayang yang sekaligus menjadi alasan penamaan “Dewa-Dewi”.
Penamaan tersebut tidak sembarangan.
Saat meresmikan nama itu, Tito mengadakan bancakan bersama warga dan menyembelih kambing sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan.
Hingga kini, Tito terus memperluas lahan budidaya alpukatnya hingga mencapai 120 hektare di tujuh blok berbeda di Pracimantoro.
Ia menargetkan bisa menanam 50.000 pohon alpukat pada 2027. Seluruh tenaga kerja—yang kini mencapai ratusan orang—adalah warga lokal Desa Suci. Tito secara tegas melarang pekerja dari luar desa untuk bergabung.
Sejak munculnya Bukit Dewa-Dewi, ekonomi warga ikut menggeliat. UMKM mulai bermunculan, lapangan pekerjaan bertambah, dan potensi desa mulai dikenal luas.
(*)