TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Keterbatasan fisik, tidak membuat I Wayan Tumpek (60) menyerah dengan keadaan.
Penyandang tuna netra asal Banjar Telengan, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem tetap berusaha produktif dengan membuat keset berbahan serabut kelapa.
Wayan Tumpek bergegas ke luar dari kamar, saat ditemui di rumahnya yang sederhana, Senin 30 Juni 2025.
Ia tampak sangat antusias, setiap ada tamu yang datang. Dengan berlahan ia berjalan menuju tempatnya menyimpan keset yang dibuat dengan kedua tangannya.
“Keset ini masih ada sisa belum laku, jadi belum buat lagi,” ujar Wayan Tumpek dengan suara pelannya.
Keset-keset tersebut, ia rumpuk tidak jauh dari kamar tidurnya. Tangannya tampak meraba-raba keset tersebut.
“Saya sudah sekitar setahun lebih mencoba membuat keset. Jualnya di rumah saja, pembeli datang langsung,” ujarnya sembali menunjukkan keset buatan tangannya.
Sulung dari empat bersaudara itu menceritakan, ia telah menjadi tuna netra sejak masih berusia 7 tahun.
Ia tidak mengetahui pasti penyebabnya, seingatnya saat itu ia sakit mata dan penglihatannya menghilang.
Sementara untuk berobat, ia tidak mampu karena keterbatasan biaya. Saat ini ia tinggal bersama saudara kandungnya.
Menginjak usia remaja, Wayan Tumpek berkesempatan mengikuti pelatihan di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Denpasar.
Saat itulah ia belajar membuat berbagai kerajinan tangan seperti sapu bulu, sapu lidi, keset, dan lainnya.
“Kalau bahan serabut kelapa, dibelikan adik saya. Saya lalu mengolahnya dari awal sampai jadi keset,” ungkapnya.
Kondisi saat ini, untuk 1 keset bisa ia kerjakan selama sepekan.
Karena menurutnya untuk menjadikan serabut kelapa menjadi keset membutuhkan beberapa tahapan.
Ditambah keterbatasan penglihatan, membuatnya tidak bisa membuat keset dengan waktu yang cepat.
Meskipun demikian, ia menjamin keset yang ia buat memiliki kualitas baik dan awet.
Selain dijual di rumah, sesekali juga dititipkan di warung sekitar.
Untuk per lembar keset, ia jual Rp 20 ribu.
Keset yang sudah siap jual masih menumpuk karena belum laku. Meski demikian ia tetap sabar, menunggu pembeli datang.
“Setelah keset ini habis, baru saya buat lagi,” ungkapnya sembari tersenyum. (eka mita suputra)
Namun saat ini diakuinya, penjualan keset serabut kelapa cukup sepi.Keset yang sudah siap jual masih menumpuk karena belum laku. Meski demikian ia tetap sabar, menunggu pembeli datang.
“Setelah keset ini habis, baru saya buat lagi,” ungkapnya sembari tersenyum. (eka mita suputra)