TRIBUNMANADO.CO.ID - Siapa Pemilik Pabrik Rokok Sampoerna?
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna) adalah salah satu perusahaan rokok terbesar dan tertua di Indonesia, dengan pabrik-pabrik yang tersebar di berbagai kota di Jawa Timur.
Sampoerna dikenal luas berkat sejumlah merek rokok legendaris, seperti Dji Sam Soe dan A Mild, yang telah menjadi ikon dalam industri rokok nasional.
Tidak hanya mendominasi pasar dalam negeri, beberapa produknya juga telah sukses menembus pasar ekspor.
Perusahaan ini memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1913, saat Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Fujian, Tiongkok, mendirikan usaha rumahan produksi rokok kretek di Surabaya.
Rokok-rokok buatannya kala itu masih diproduksi secara tradisional di rumah dan hanya dipasarkan secara terbatas.
Namun berkat kualitas produk yang unggul dan strategi bisnis yang tepat, usaha Liem Seeng Tee berkembang pesat.
Dari yang awalnya hanya sebuah industri rumahan, Sampoerna menjelma menjadi salah satu pemain utama dalam industri tembakau di Indonesia.
Saat ini, HM Sampoerna tidak hanya mewakili kekuatan ekonomi lokal, tetapi juga menjadi contoh perusahaan nasional yang mampu bertahan dan tumbuh selama lebih dari satu abad.
Mengutip laman resmi perusahaan, selama lebih dari 111 tahun, perseroan memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 27,4 persen pada tahun 2024.
Sampoerna merupakan pelopor kategori Sigaret Kretek Mesin Kadar Rendah (SKM LT) di Indonesia dengan memperkenalkan produk Sampoerna A pada tahun 1989.
Nama "Sampoerna" (yang berarti sempurna dalam bahasa Indonesia) dipilih untuk menggambarkan komitmen perusahaan terhadap kualitas.
Produk legendaris pertamanya, Dji Sam Soe, diluncurkan pada tahun 1913 dan tetap eksis hingga kini sebagai salah satu merek kretek paling laris.
Pada 1980-an, penjualan Sampoerna mengalami lonjakan berkat beberapa produknya seperti Sampoerna A Mild, rokok kretek rendah tar yang menyasar segmen pasar anak muda urban.
Lalu pada tahun 1990, seiring dengan bisnisnya yang semakin berkembang, Sampoerna resmi menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan rokok ini awalnya merupakan perusahaan keluarga yang diwariskan turun temurun. Dari generasi pertama Liem Seeng Tee, bisnis ini kemudian diteruskan kepada anaknya, Liem Swie Ling (Aga Sampoerna).
Perusahaan kemudian diwariskan lagi kepada generasi ketiga, yakni Putera Sampoerna yang merupakan cucu pendiri pertama perusahaan. Putera Sampoerna beberapa kali masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.
Pada tahun 2005, Putera Sampoerna resmi menjual mayoritas saham kepada PT Philip Morris Indonesia (PMID) yang sahamnya terafiliasi dengan Philip Morris International Inc (PMI), sebuah perusahaan rokok multinasional asal Connecticut, Amerika Serikat.
Sementara dilihat dari Laporan Tahunan PT HM Sampoerna Tbk pada 2024, PT Philip Morris Indonesia menjadi pemegang saham pengendali dengan persentase saham sebesar 92,44 persen.
Pemilik Sampoerna lainnya dengan saham minoritas yakni sebanyak 7,56 persen dimiliki oleh publik.
Selain pabrik milik sendiri, Sampoerna juga bekerja sama dengan lebih dari 30 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang mempekerjakan ribuan buruh linting rokok secara manual di berbagai daerah.
Per tahun terakhir yang dilaporkan, HM Sampoerna mempekerjakan lebih dari 24.000 orang, termasuk pekerja tetap dan mereka yang bekerja melalui MPS.
Ini menjadikan Sampoerna sebagai salah satu perusahaan penyerap tenaga kerja terbesar di sektor manufaktur Indonesia. Dengan perubahan saham tersebut, maka kini pemilik pabrik rokok Sampoerna adalah perusahaan PMA (penanaman modal asing).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
-
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini