SURYA.co.id - Agam Rinjani yang dielu-elukan sebagai pahlawan saat evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani, ternyata juga mendapat kritik tajam.
Sosok yang mengkritik Agam adalah satu diantara anggota penyelamat, Rio Pratama.
Ia mengaku juga ikut dalam operasi evakuasi Juliana Marins.
Terlebih Agam Rinjani dielu-elukan dan dianggap sebagai pahlawan oleh masyarakat Brasil.
Bahkan keluarga Juliana Marins mengatakan nasib pendaki asal Brasil itu bisa berbeda bila Agam Rinjani tiba lebih dulu di lokasi.
Rio mengungkapkan bahwa Agam tidak sendirian dalam proses evakuasi Juliana Marins.
Agam dibantu oleh anggota penyelamat lainnya.
Ia juga mempertanyakan, apakah bisa Agam seorang diri membawa jasad Juliana Marins keluar dari jurang.
Dirinya kecewa, lantaran Agam yang membawa jasad Juliana, sehingga dianggap hanya dia yang melakukan evakuasi.
Bukan itu saja, Rio juga kecewa karena ada penggalangan donasi yang dikirim ke rekening atas nama Abdul Haris Agam.
Bahkan penggalangan donasi itu, kata dia, tanpa sepengetahuan yang ikut dalam evakuasi itu.
Meski pada evakuasi itu, Rio tidak termasuk dalam tujuh orang yang terjun ke jurang.
Ia jadi satu dari 23 rescuer support system peralatan di atas pegunungan.
Rio ikut menarik tali yang membawa Agam dan jasad Juliana Marins.
Menurut Rio, tanpa kerja sama para, Agam tidak akan bisa membawa jasad Juliana ke punggung gunung.
"Jutaan orang bilang @agam_rinjani adalah pahlawan..Pertanyaan saya, apakah bisa agam evakuasi sendiri ..?Apakah bisa agam membawa dan mempersiapkan peralatan untuk evakuasi sendiri ?" tulisnya di akun Instagram @riodansatyo.
Ia menulis itu sambil memposting video bagaimana anggota lainnya ikut bergelantungan di jurang.
Kemudian para anggota lainnya yang ikut menyiapkan tali untuk Agam dan yang lainnya.
Rio mengaku kalau ia dan anggota lain tidak berharap disebut pahlawan.
"Ok mungkin video ini bisa menjawab dan menjelaskan, Kami Bukan Pahlawan dan tidak berharap di bilang pahlawan. Bergerak atas dasar kemanusiaan untuk menjaga nama baik Indonesia.
Rio bahkan menyindir rescuer yang sedang menjadikan momen ini sebagai panggung untuk dirinya sendiri.
"Awalnya saya tidak perdulikan permasalahan ini, karena memang setiap orang mempunyai maksud sendiri sendiri di setiap evakuasi, ada yang mencari pahala, ada yang tulus untuk kemanusiaan dan ada pula yang menjadikan panggung untuk dirinya sendiri. Tidak ada masalah itu hak masing-masing," tulis Rio.
Namun ia menyindir adanya postingan berisi open donasi untuk Agam.
Ia pun mempertanyakan, kenapa Agam tidak memberi tahu pada tim yang lainnya soal penggalangan dana tersebut.
"Yang membuat saya miris dan sedih adalah ketika muncul sebuah postingan bahwa ada Open Donasi Untuk Agam … ini ada apa..? Kenapa tidak memberi tau tim, perihal ini..?," tulis dia lagi.
Bahkan ia juga memposting di Insta Story sambil menandai akun @agam_rinjani.
Ia memposting donasi untuk Agam yang sudah terkumpul lebih dari Rp 1 miliar.
"Mau sampe berapa miliar bro ?
Kenapa harus ada donasi-donasi an bro..," tulis Rio di Insta Story.
Rupanya setelah itu, postingan soal donasi di akun Instagram Agam Rinjani pun langsung dihapus.
Padahal Rio hanya mempertanyakan, kenapa Agam tidak diskusi dulu dengan tim penyelamat.
"Kenapa dihapus Postingan Donasi di feed nya @agam_rinjani !
Teman-teman team hanya butuh penjelasan. Di luar empati masyarakat Brasil, ini sangat tidak etis. Karena dari awal tidak ada program donasi-donasi macam ini apalagi sampai ke rekening pribadi dan mengatasnamakan untuk team," tulisnya.
Hingga berita ini dibuat, Agam Rinjani belum berkomentar apapun.
Ia masih merepost beberapa postingan di Insta Story, namun tidak menanggapi soal donasi itu.
Agam Ogah Disebut Pahlawan
Disebut-sebut sebagai pahlawan karena berhasil mengevakuasi jasad Juliana Marins di Gunung Rinjang, Agam ternyata malah menolak.
Ia tak mau hanya dirinya saja yang disebut pahlawan dalam insiden ini.
Agam menyebut semua tim penyelamat adalah pahlawan.
Ia menyebut seluruh tim yang terlibat dalam proses evakuasi pendaki di Gunung Rinjani layak disebut sebagai pahlawan atas perjuangan mereka di medan ekstrem.
“Saya bingung juga sebenarnya. Pahlawan sebenarnya itu tim rescue, semuanya pahlawan,” kata Agam, Sabtu (28/6/2025), melansir dari Kompas.com.
Agam mengatakan, proses evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang terjatuh di jurang Gunung Rinjani menjadi salah satu misi penyelamatan tersulit yang pernah dialami para relawan.
" Ya (paling berat) karena kita tidur, batu di mana-mana jatuh. Kalau tidak tahu, apalagi kalau hujan malam, ya selesai kita, pasti diserang hipotermia," ujar dia.
Bahkan, tim evakuasi sempat bermalam dalam posisi tergantung di sisi tebing.
Mereka hanya mengandalkan anchor yang ditanamkan langsung ke batu dengan alat keselamatan seadanya.
Cuaca ekstrem kian memperparah kondisi. Kabut tebal membuat jarak pandang terbatas dan menyulitkan proses penyelamatan.
Helikopter yang sempat dikerahkan tidak dapat menjangkau lokasi karena visibilitas yang minim.
“Di sana itu memang ada helikopter, kami dengar suaranya dari bawah. Tapi karena posisi kami di jurang, ya, kami enggak bisa lihat,” ujar dia.
Ia menegaskan, bukan hanya relawan teknis yang turun ke jurang, tetapi juga porter, pemandu, dan tim medis turut berjibaku dalam misi penyelamatan ini.
Evakuasi jenazah Juliana memakan waktu sekitar 12 jam dengan sistem manual.
Proses dilakukan secara perlahan karena medan yang curam dan bahaya longsoran batu yang terus mengintai.