SURYA.co.id, Surabaya - Antok Anggara (33), warga Kelurahan Made, Surabaya, dikenal sebagai suporter setia Persebaya. Ia adalah seorang bapak empat anak yang aktif mengikuti berbagai kegiatan komunitas Bonek.
Pada 18 Juni 2025 lalu, Antok mengikuti konvoi perayaan Hari Jadi Persebaya ke-98 bersama temannya, Doni (29), yang juga sesama Bonek asal Made.
Konvoi tersebut berlangsung dari kawasan Surabaya Barat menuju pusat kota. Awalnya, perjalanan mereka berjalan lancar tanpa hambatan. Namun, saat tiba di kawasan Jalan Tunjungan, tepatnya tak jauh dari Siola, insiden tragis terjadi.
Antok yang saat itu dibonceng Doni, turun dari sepeda motor dan menyeberang ke sisi kanan jalan. Ia bermaksud menunggu rombongan temannya yang sedang dalam perjalanan ke arah mereka.
“Pas korban sendirian di pinggir jalan, ada salah satu dari rombongan konvoi teriak mengatakan gangster,” kata Dedik Hariyanto, pentolan Bonek Made, yang telah menggali kronologi kejadian dari Doni.
Teriakan itu sontak memicu reaksi dari massa lain yang berada di sekitar lokasi. Mereka langsung mengepung Antok yang saat itu berdiri sendirian.
Doni yang masih berada di atas motor di seberang jalan tak bisa berbuat banyak karena terhalang oleh banyaknya kendaraan yang berhenti.
Doni hanya bisa menyaksikan dan merekam detik-detik temannya ditendang dan dipukul oleh massa yang mayoritas mengenakan pakaian serba hitam.
“Korban bilang ke saya kepalanya dilempar pakai pot bunga. Bahkan juga sempat ditelanjangi,” ungkap Dedik.
Setelah massa mereda, seorang satpam toko di sekitar lokasi memberikan pertolongan kepada Antok.
Selang sekitar 20 hingga 30 menit kemudian, Antok tiba-tiba pingsan. Doni yang panik segera membawa temannya pulang ke rumah.
“Baru sadar itu besoknya sore pukul 15.00. Tak lihat ada memar di mata, kepala sisi kiri dekat telinga, lengan juga memar,” ungkap Dedik.
Dedik sempat menanyakan kepada Antok mengenai rasa sakit yang dialaminya. Namun, Antok selalu menjawab bahwa kondisinya berangsur membaik dari hari ke hari.
Antok bahkan menolak saat diajak berobat ke rumah sakit. Ia bersikeras bahwa dirinya baik-baik saja dan hanya butuh istirahat.
Namun, pada Jumat (27/6), kondisi Antok tiba-tiba memburuk.
Keluarga Antok panik karena selama ini Antok tidak memiliki riwayat kejang-kejang. Mereka akhirnya memaksa Antok untuk dibawa ke RS Bhakti Dharma Husada (RS BDH) untuk mendapatkan perawatan.
Sayangnya, takdir berkata lain. Setelah dirawat selama dua hari, Antok meninggal dunia pada Minggu (29/6) di RS BDH.
“Hari ini (29/6) sebenarnya jadwal korban untuk dicek rontgen. Diduga ada luka dalam di dalam kepala, tapi sudah lebih dulu dipanggil oleh yang Maha Kuasa,” ungkap Dedik.
Sebelum meninggal, Antok sempat berusaha melaporkan insiden pengeroyokan tersebut kepada pihak kepolisian.
Ia menyertakan video yang direkam oleh Doni sebagai bukti. Namun, polisi menjelaskan video tersebut, tidak merekam jelas wajah-wajah pelaku pengeroyokan sehingga kecil kemungkinan pelaku bisa tertangkap
Peristiwa ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan komunitas Bonek, khususnya di kawasan Made, Surabaya.
Antok dikenal sebagai sosok yang ramah, aktif dalam kegiatan komunitas, dan sangat mencintai Persebaya.
Jenazah Antok dimakamkan di tempat pemakaman umum di kawasan Made pada Minggu sore, disaksikan oleh keluarga, kerabat, dan rekan-rekan sesama Bonek.
Ikuti berita terbaru Persebaya Surabaya dengan mengklik tautan ini
=====
SURYA.co.id menghadirkan rekomendasi bacaan menarik yang tidak boleh Anda lewatkan, mulai dari update seputar klub kebanggaan Bonek, isu strategis daerah, hingga peristiwa terkini dari jantung Jawa Timur.
Bergabung sekarang di platform pilihan Anda: