TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani ramai disebut sebagai ‘one man show’ Agam Rinjani.
Tapi Fiersa Besari membongkar sosok asli Agam, sang pemandu yang viral dan menuai polemik donasi Rp 1,3 Miliar dari netizen Brasil.
Nama Agam Rinjani, atau Abdul Haris Agam, kini viral usai berhasil mengevakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas terjatuh di jurang Gunung Rinjani.
Namun, narasi ‘one man show’ yang melekat padanya memicu kekecewaan sejumlah anggota Tim SAR.
Rio Pratama, salah satu rescuer, membantah klaim bahwa evakuasi tersebut hanya dilakukan oleh Agam seorang diri.
Lewat akun Instagramnya, @riodansatyo, ia mengunggah video proses evakuasi di jurang serta menyebut ada 30 lebih rescuer yang terlibat dalam misi tersebut.
"Apakah bisa Agam evakuasi sendiri? Apakah bisa mempersiapkan peralatan sendiri?" tulis Rio, menegaskan bahwa keberhasilan evakuasi adalah kerja tim, bukan aksi individu.
Setelah viral, netizen Brasil menggalang donasi untuk Agam Rinjani yang dinilai sebagai pahlawan. Uang yang dikumpulkan disebut telah mencapai lebih dari Rp 1,3 miliar.
Namun, penggalangan dana ini memicu kritik dari Tim SAR. Pasalnya, donasi itu ditransfer ke rekening pribadi Agam tanpa sepengetahuan mereka.
Bahkan, Rio secara terang-terangan mempertanyakan di Insta Story, “Kenapa harus ada donasi-donasian bro?”
Rio dan Agam kemudian bertemu dan menjelaskan bahwa donasi tersebut akan dipakai untuk perbaikan fasilitas pendakian di Rinjani.
“Untuk Rinjani lebih baik, aman, dan nyaman,” tulis Rio usai pertemuan.
Di tengah perdebatan, penyanyi dan penulis Fiersa Besari ikut bersuara.
Dalam vlognya, Fiersa bahkan merekam momen saat Agam mendaki sendirian untuk mengantarkan pizza ke tenda tim Fiersa.
“Respect untuk Bang Agam Rinjani. Dari dulu sudah terbukti ketangguhan, kenekatan, juga perikemanusiaannya,” kata Fiersa di Instagram, Jumat (27/6/2025).
Fiersa juga mengenang bagaimana Agam selalu hadir di berbagai titik petualangan, dari Bima hingga Makassar.
Bahkan sebelum mengevakuasi Juliana, Agam baru saja menyelam di Pulau Satonda dan naik ke Tambora. “Gokil,” seru Fiersa, menggambarkan stamina luar biasa sang petualang.
Meski merasa dilupakan, Tim SAR menyatakan tak berharap disebut pahlawan.
Mereka menegaskan bahwa misi evakuasi dilakukan atas dasar kemanusiaan, bukan popularitas.
"Bergerak atas dasar kemanusiaan untuk menjaga nama baik Indonesia. Kami tidak berharap disebut pahlawan," kata Rio.
Kini, seluruh tim kembali berkumpul dan mengaku siap untuk penanganan evakuasi selanjutnya.
Kisah Juliana Marins pun menjadi pengingat bahwa penyelamatan di alam bebas adalah kerja kolektif—bukan panggung individu.