TRIBUNSUMSEL.COM - Abdul Haris Agam atau yang akrab disapa Agam Rinjani akhirnya muncul setelah viral evakuasi Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas terrjatuh di Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Agam Rinjani disorot lantaran salah satu yang mengevakuasi mayat Juliana.
Baru-baru ini Agam hadir dalam Youtube YIM OFFICIAL, Sabtu (28/6/2025).
Dalam momen itu Agam mengungkapkan perjuangannya bersama tim saat mengevakuasi Juliana.
Agam mengaku, saat kejadian, ia berada di Jakarta karena ada kegiatan.
Namun begitu mendengar kabar tersebut, ia dan rekannya memutuskan ke Lombok untuk membantu tim yang sudah lebih dulu.
Agam mengaku selain tim SAR, tim basarnas juga turut membantu mengevakuasi Juliana.
"Jadi waktu itu turun sampe di titik 400 itu tidak ada bantuan anchor (jangkar) semua bantuan lepas, turun pertama teman-teman dari basarnas yang mengabarkan kondisi Juliana sudah meninggal dunia," kata Agam.
"Basarnas bilang 'Bang, kami gak berani sentuhnya, tunggu yang lain dulu kita bisa bareng-bareng naik bersama',
Rencana awal kita korban ini mau diturunkan lewat danau saja, ternyata di lapangan berbeda. Kami melihat masih jauh lagi turun ke bawah akhirnya kita bawa naik ke atas," imbuhnya.
Agam mengatakan saat itu dirinya yang membawa mayat Juliana naik ke atas.
"Kami naik, dan saya temani mayat tarik pelan-pelan kami lakukan itu jam 6 pagi," katanya.
Lebih lanjut, Agam juga menanggapi soal tim yang lambat mengevakuasi Juliana.
Hal itu lantaran kondisi medan yang curam dan tidak memungkinkan.
"Kami lihat semua komen-komennya yang bilang tim lambat, ini bukan persoalan lambat karena memang kondisi medannya yang tidak memungkinkan," katanya.
Meski kondisi curam, namun Agam dan tim lain tetap berusaha untuk menyelamatkan Juliana karena negara Indonesia.
Pasalnya ia memikirkan negara Indonesia yang berdampak jika tidak menyelamatkan Juliana.
Bahkan Agam sampai membawa bendera Indonesia agar tim bisa bersemangat mengevakuasi Juliana.
"Kalau Juliana tidak bisa dikasih naik, negara Indonesia bakal dicela negara lain, makanya bikin tim kami semangat, bahkan saya bawa bendera merah putih. Sebelum turun, saya keluarkan bendera merah putih membakar semangat teman-teman karena sudah pada loyo sudah hari ke 4," kata Agam.
Selain itu, Agam mengaku hal yang paling sulit saat mengevakuasi pendaki yang tewas, ialah Juliana.
"Saya sudah 9 tahun di Rinjani berbagai insiden yang saya tangani evakuasi mayat sudah berapa, ini kejadian yang paling sulit diantara puluhan kasus yang ada evakuasi di Rinjani,"
Bahkan saat di atas gunung, ia dan tim sampai terkena hujan batu hingga mengakibatkan tubuhnya luka.
"Sempat waktu kami naik hujan batu, tiba-tiba batu di depan muka, ini sampai luka-luka kena batu," terangnya.
"NKRI harta mati bang," sambungnya.
"Bisa jadi saat dia jatuh karena jalannya miring Tim SAR tiba pukul 8 malam itu pelanggaran sebenarnya gak boleh evakuasi di malam hari, tapi teman-teman SAR mau melakukan itu, demi Juliana hidup tapi sampai di lokasi Juliana ternyata tidak ada, perjuangan banget mempertaruhkan nyawanya," bebernya.
Kendati begitu, dengan kejadian ini Agam berharap gunung Rinjani bisa dibenahi.
"Dengan adanya kejadian ini harus dibenahi semua, jalannya bagaimana mendaki yang baik dan aman itu harus diterapkan karena kasihan nyawa orang yang pergi senang-senang ternyata musibah yang di dapat, pasti ada yang salah, jadi betul-betul harus diperbaiki," tandasnya.
Agam Minta Maaf Tak Bisa Selamatkan Juliana
Agam Rinjani tak kuasa menahan tangis saar menyampaikan permintaan maaf karena tak bisa menyelamatkan wisatawan asal Brasil itu dari jurang Gunung Rinjani.
Juliana ditemukan tewas di jurang curam sedalam 600 meter.
Hal ini diungkap Agam Rinjani lewat Instagram miliknya @agam_rinjani saat siaran langsung.
"Kepada warga Brasil, saya dan tim SAR minta maaf tidak bisa membawa Juliana pulang dengan selamat,” kata Agam.
Agam mengatakan proses evakuasi berlangsung tidak mudah karena kondisi Juliana berada terlalu ke bawah jurang.
"Karena kondisi medan yang berat dan (Juliana) terlalu jauh ke bawah,” katanya.
Lebih lanjut, Agam menyebutkan kasus yang dialami Juliana telah banyak terjadi di gunung Rinjani.
Bahkan jika masuk ke jurang sulit untuk selamat lagi.
"Sudah banyak kasus di Rinjani memang sudah hidup ketika jatuh di lubang itu karena terlalu curam,” tutup Agam.
Diketahui, sosok Agam Rinjani yang belakangan viral di media sosial karena disebut-sebut "pahlawan" dalam evakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas di Gunung Rinjani.
Agam memposting video ketika membawa jasad Juliana menggunakan tali di tebing.
Agam membawa jasad Juliana Marins, pada Rabu (25/6/2025).
Ia bersama tim SAR gabungan melakukan evakuasi jasad Juliana dengan cara vertical evacuation.
Lewat akun Instagramnya, Agam memposting ketika bergelantung di tebing dengan membawa jenazah Juliana.
"Persiapan penarikan. Semangat," ucapnya.
Agam merupakan satu dari empat orang rescuer yang turun mengevakuasi jenazah Juliana Marins di kedalaman 600 meter.
"Turut berduka cita, atas meninggalnya pendaki asal Brazil, saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bantu seperti ini, Semoga amal ibadahnya diterima disisiNya Amin." tulis Agam di postingannya.
Dalam satu unggahan di akun Instagram @agam_rinjani, dia dan tim terpaksa melakukan flying camp di lokasi karena medan yang sangat ekstrem dan hari sudah gelap.
"Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter," tulisnya dalam unggahan tersebut.
Media Brasil, Globo, melaporkan bahwa keluarga Juliana juga mengucapkan terima kasih kepada Agam dan relawan lainnya bernama Tyo.
"Kami sangat berterima kasih kepada para relawan yang dengan berani mengajukan diri untuk membantu mempercepat proses penyelamatan Juliana," kata keluarga korban.
Proses evakuasi Juliana membutuhkan waktu lima hari penuh proses evakuasi terhadap pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), yang terjatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Juliana terjatuh di jurang curam kawasan Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani. Lokasinya berada di ketinggian 9.000 kaki atau sekitar 2.743 meter di atas permukaan laut.
“Medan tempat korban jatuh adalah tebing terjal dengan kedalaman lebih dari 600 meter. Lokasinya benar-benar sulit dijangkau dan tidak memungkinkan dilakukan evakuasi biasa,” ujar Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).
Tim SAR memerlukan waktu 8 jam hanya untuk mencapai titik awal pencarian dari Pos Sembalun.
Perjalanan menempuh tebing berbatu, semak belukar, dan jalur licin akibat hujan yang mengguyur kawasan pegunungan selama dua hari berturut-turut.
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com