SURYA.CO.ID - Sebelum pendaki brasil Juliana Marins (27) tewas saat terjatuh di jurang Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), nasib serupa nyaris dialami Paul Farrell (32), pendaki asal Irlandia.

Paul Farrell juga terjatuh di jurang Gunung Rinjani, namun nyawanya masih terselamatkan.

Berbeda dengan Juliana Marins yang terjatuh ke jurang hingga kedalaman 600 meter, Farrel saat itu baru tergelincir sedalam 200 meter.

Dikutip dari tayangan BBC, Paul Farrell menceritakan detik-detik yang menentukan dalam hidupnya. 

Diceritakan, Farrel saat itu bangun dini hari di basecamp untuk melakukan pendakian Gunung Rinjani. 

Menurutnya, bagian pertama dari perjalanan itu berjalan lancar, meskipun sempat ada kesulitan untuk mencapai puncak.

"Tanah di sana berbeda, jenis tanah yang membuat Anda merasa seperti mengambil satu langkah maju dan dua langkah mundur,” ungkapnya, dikutip dari BBC, Kamis (26/6/2025).

“Karena kami berada di gunung berapi, tanahnya berpasir dan Anda bisa menenggelamkan kaki Anda," sambungnya.

Saat sedang perjalanan turun dari puncak Rinjani, Farrell merasa terganggu dengan banyaknya kerikil kecil di dalam sepatunya.

Karena hal tersebut membuatnya sangat tidak nyaman, dia memutuskan untuk melepas sepatunya agar bisa dibersihkan.

"Untuk melakukannya, saya melepas sarung tangan yang saya kenakan di tangan saya, hanya untuk mempermudah pekerjaan," tutur Farrell.

Semuanya berjalan dengan baik hingga embusan angin menerbangkan sarung tangan ke arah gunung berapi. 

Seketika pada saat itu, dia refleks berlutut untuk mempertahankan keseimbangannya.

Namun tanah tempat dia berpijak runtuh begitu saja. Farrell pun jatuh tergelincir menuruni lereng, dan mode bertahan hidup pun otomatis aktif di otaknya.

"Kecepatan jatuh saya semakin meningkat, adrenalin saya semakin memuncak. Saya segera menyadari bahwa saya bisa mati kapan saja,” ungkapnya.

Satu-satunya alternatif yang bisa dilakukannya dalam situasi tersebut adalah mencari batu besar untuk berpegangan, agar laju dia terjatuh ke lereng yang lebih dalam bisa terhenti.

Ketika itu, dia mencoba untuk menancapkan tangan bahkan kukunya ke benda apapun hanya untuk memperlambat laju dia jatuh.

"Sampai saya melihat sekilas sebuah batu besar, hampir seperti batu besar, dan mencoba membelok ke arah itu,” ucapnya.

“Saya menabrak batu tersebut, tapi untungnya saya berhasil mengerem saat turun,” lanjutnya.

Farrell berhenti sekitar 200 meter di bawah dari tempat dia terjatuh. 

Di sana dia dapat mengatur napas dan menyadari bahwa ia hanya mengalami beberapa luka dan goresan.

Meski demikian, kondisinya pada saat itu tidak aman.

Di sana, dia merasa bisa terpeleset kapan pun.

Farrell mengatakan bahwa dia melakukan pendakian Gunung Rinjani tersebut bersama sebuah kelompok.

Namun pada saat itu, hanya ada seorang perempuan Perancis di dekatnya.

Untungnya, perempuan itu menyaksikan seluruh kejadian yang dialami Farrell.

"Saya berteriak sekeras-kerasnya agar dia menemukan anggota tim yang lain dan mencari bantuan,” ujarnya.

“Kemudian dia berlari kembali ke basecamp dan memperingatkan orang-orang," tambahnya.

Ketika itu, sekelompok pendaki profesional mencoba membuat tali seadanya dari pakaian yang diikat menjadi satu untuk mengangkatnya ke atas.

Namun medan tidak memungkinkannya untuk turun dari batu dengan aman, dengan risiko jatuh lebih dalam lagi.

Farrell mengaku bertahan di atas batu selama sekitar lima hingga enam jam sampai tim penyelamat tiba.

Tim penyelamat pun tiba dan berusaha mengevakuasi Farrell sesegera mungkin. 

Setelah lima jam, dia pun berhasil diselamatkan. Ketika dia akhirnya terbebas dari situasi tersebut, pria asal Irlandia itu mengatakan bahwa dia merasa “sangat lega”.

“Saya sangat bersyukur dan penuh energi,” tuturnya.

“Saya menyukai adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi ini adalah situasi yang sangat dekat dengan batas,” imbuhnya.

Juliana Marins sempat bertahan hidup 20 menit

MASIH HIDUP - Pendaki Brasil, Juliana Marins dikabarkan masih hidup saat jaluh ke jurang Gunung Rinjani. Warga Brasil kecam evakuasi yang dinilainya lambat.
MASIH HIDUP - Pendaki Brasil, Juliana Marins dikabarkan masih hidup saat jaluh ke jurang Gunung Rinjani. Warga Brasil kecam evakuasi yang dinilainya lambat. (kolase kompas.com/istimewa)

Juliana Marins memulai pendakiannya pada Sabtu (21/6/2025) pagi sekitar pukul 06.50 WITA.

Namun, beberapa saat kemudian dia diduga terpisah dari rekan lainnya di jalur pendakian.

Lalu, Juliana jatuh.

Dia diduga terpeleset di jalur sempit dan terjal saat mendaki dari arah Sembalun menuju Plawangan.

Mulanya Juliana disebut terjatuh ke jurang sedalam 150-200 meter sebelum akhirnya tergelincir hingga kedalaman 600 meter. 

Videonya berteriak meminta tolong viral di media sosial.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, mengatakan pihaknya memperoleh laporan soal jatuhnya Juliana pada Selasa pagi (24/6/2025) sekira 06.30 WITA.

Kemudian, tim gabungan pun dikerahkan untuk langsung bergerak ke lokasi. Tim tersebut baru sampai pada pukul 15.00 WITA.

"Iya saat ini tim kami sudah bergerak menuju lokasi, informasi tim kami sudah sampai di Pelawangan 4, kami belum mendapatkan informasi terbaru lagi," kata Yarman pada Sabtu.

Hanya saja, ketika tim tiba di lokasi, Juliana ternyata tidak berada di titik awal jatuh.

Diduga, dia sempat berjalan menjauh dari lokasi untuk mencari tempat berlindung.

"Mungkin korban bergerak mencari tempat berlindung kita sudah turun mencari," kata Koordinator Lapangan SAR Lombok Timur, Syamsul Padli.

Barulah pada Senin (23/6/2025) pagi, Juliana ditemukan, tetapi dalam kondisi tidak bergerak.

Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, mengungkapkan korban ditemukan berada 500 meter dari titik awal jatuh.

Hariyadi mengatakan penemuan terhadap jasad Juliana berkat bantuan drone.

"Tim SAR gabungan berhasil menemukan survivor dengan visualisasi drone thermal," kata Hariyadi.

Namun, Hariyadi mengatakan Juliana tidak bisa langsung dievakuasi karena kendala medan yang ekstrem.

"Kami terkendala medan yang ekstrem dan berkabut di sekitar lokasi kejadian," tambahnya.

Berdasarkan hasil otopsi dipastikan Juliana tewas karena luka parah di tubuhnya. 

Menurut dokter spesialis forensik RS Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, tubuh Juliana Marins menderita luka parah.

Lukanya tersebut, menyebabkan Juliana tidak bisa bertahan dan tewas dalam waktu singkat setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

"Kalau kita perkirakan paling lama 20 menit," katanya.

Tewasnya Juliana, menurut dokter Ida Bagus, dikarenakan organ dalam tubuhnya mengalami kerusakan dan ada pendarahan di beberapa bagian tubuh.

"Daripada inilah terjadi kerusakan pada organ-organ dalam serta pendarahan," katanya di RS Bali Mandara, Denpasar, Jumat (27/6/2025).

Secara lebih rinci, Ida menuturkan bagian tubuh Juliana yang menderita luka seperti di kepala, dada, dan perut.

Dia menjelaskan pada bagian dada dan perut Juliana, terjadi pendarahan yang parah.

"Demikian juga di dada dan juga di perut. Pendarahan itu cukup banyak dan juga tidak ada organ spleen (limpa) yang mengkerut dan menunjukkan pendarahan itu lambat," jelas Ida.

Selain itu, Ida Bagus juga mengatakan bahwa Juliana menderita patah tulang.

Korban, kata Ida Bagus, turut menderita luka goresan di hampir seluruh tubuh seperti punggung, kepala, tangan, dan kaki. Namun, luka gores yang paling banyak berada di punggung.

Banyak warganet sempat mempertanyakan, apakah salah satu penyebab tewasnya Juliana karena tidak adanya asupan makanan, Ida mengakuinya.

Namun, Ida Bagus menegaskan, penyebab utama tewasnya Juliana memang karena kekerasan tumpul akibat terjatuh.

"Jadi kita lihat pendarahan yang memang jumlahnya sudah begitu besar di tubuhnya," katanya.

Ida mengatakan saat ini, jenazah Juliana Marins sudah diserahkan ke pihak keluarga melalui kuasanya.

Namun, dia mengungkapkan jenazah tersebut tidak langsung diterbangkan ke negara asalnya karena masih menunggu jadwal penerbangan yang kosong.

"Dari penyidik (jenazah) sudah menyerahkan lewat kuasanya. (Diserahkan) pagi tadi). Jenazah masih di sini," katanya.

Baca Lebih Lanjut
Juliana Marins Meninggal Dunia, Kini WNA Malaysia yang Jatuh di Gunung Rinjani
Pebby Adhe Liana
Biodata Agam Rinjani Pengevakuasi Juliana Marins dan Kisah Timsar yang Kecewa karena Ada Open Donasi
Dedy Qurniawan
PENGAKUAN Jujur Pemandu Juliana Marins, Syok Tiba-tiba Ada Sinar Cahaya dari Jurang Gunung Rinjani
Wahyu Septiana
MOMEN Juliana Marins Jatuh ke Jurang Gunung Rinjani, Sosok Misterius Tiba-tiba Datang Bak Pahlawan
Wahyu Septiana
Hasil Autopsi Juliana Marins Diungkap, Ini Penyebab Kematian Usai Jatuh di Rinjani
Detik
Hasil Autopsi: Juliana Marins Meninggal 20 Menit Usai Jatuh di Rinjani
Detik
Kenapa Autopsi Jenazah Pendaki yang Jatuh di Rinjani harus ke Bali? Otopsi Ungkap Penyebab K3m4tian
Ngurah Adi Kusuma
Deretan Kasus Fatal Pendaki yang Jatuh di Gunung Rinjani
Detik
Terungkap! Juliana Hanya Bertahan 20 Menit Setelah Jatuh di Rinjani
Detik
Kisah Tim SAR Bermalam di Tebing Jurang Rinjani, Bertaruh Nyawa Demi Evakuasi Juliana Marins
Winda Lola Pramuditta