TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Ada banyak kuliner legendaris di Wonogiri, Jawa Tengah, yang menjual makanan tradisional dengan konsep unik.

Salah satunya adalah Nasi Tiwul Mbok Sembleng yang berada di Dusun Saratan RT 003/RW 005, Desa Sejati, Giriwoyo, Wonogiri.

 Warung tersebut sudah cukup legendaris, menjajakan aneka kuliner tradisional seperi nasi tiwul, ikan cuwik goreng, sayur lombok, sambal bawang, sayur terancam (semacam urap) dan berbagai macam gorengan.

Meskipun lokasinya barada di perkampungan, namun warung makan Mbok Sembleng tak pernah sepi pembeli.

Selain Wonogiri, pembeli juga banyak yang berasal dari luar kota, seperti Solo, Sukoharjo dan Pacitan.

Asal-usul Nasi Tiwul Mbok Sembleng

Warung Nasi Tiwul Mbok Sembleng, berlokasi sekitar 700 meter dari Jalur Lintas Selatan (JLS) Giritontro–Giriwoyo.

Meski berada di tengah perkampungan dan jauh dari keramaian, warung ini justru menjadi destinasi kuliner yang ramai dikunjungi, bahkan oleh pembeli dari luar kota.

Didirikan oleh Tukimin pada tahun 1991, warung ini awalnya hanyalah tempat jualan gorengan milik orang tuanya.

Tukimin kemudian menambahkan menu nasi tiwul sebagai sajian utama untuk mengenang dan menghidupkan kembali makanan tradisional khas Wonogiri yang saat itu mulai ditinggalkan.

Nasi tiwul sendiri dibuat dari tepung gaplek—singkong yang dikeringkan lalu ditumbuk.

Selain menjadi pengganti nasi, tiwul juga mengandung gizi yang tidak kalah dari nasi putih, seperti vitamin C, zat besi, kalsium, fosfor, protein, dan vitamin B kompleks yang baik untuk mencegah anemia.

Dengan harga mulai dari Rp35.000 hingga Rp40.000 per porsi, pengunjung bisa menikmati sebakul nasi tiwul lengkap dengan sambal bawang, ikan cuwik goreng, sayur terong, trancam, lalapan, dan aneka gorengan. Porsi besar dan cita rasa tradisional menjadikan harga ini sangat layak.

Buka Hanya Malam Pon dan Kliwon

Satu hal yang membuat Warung Mbok Sembleng unik adalah jam bukanya yang tidak biasa.

Warung ini hanya buka dua kali dalam lima hari, yakni pada malam pasaran Pon dan Kliwon, dari pukul 17.00 hingga 23.00 WIB.

Tukimin mengaku memilih hari-hari tersebut tanpa alasan khusus, selain pertimbangan lokasi warung yang cukup terpencil.

Dia khawatir jika dibuka setiap hari, warung tidak akan ramai.

Tapi nyatanya, meskipun hanya buka dua kali seminggu, pengunjung tetap membludak, bahkan mayoritas datang menggunakan mobil.

Warung ini tidak hanya menawarkan rasa, tapi juga pengalaman.

Pengunjung disuguhi atmosfer pedesaan yang kental—dari bangunan rumah kayu, ubin tanah liat, hingga dapur terbuka yang menggunakan tungku pawon dan kayu bakar.

Warung Mbok Sembleng menerapkan konsep open kitchen, di mana pengunjung bisa melihat langsung proses memasak makanan secara tradisional.

ni menjadikan kunjungan ke warung ini bukan hanya soal makan, tapi juga nostalgia dan penghargaan terhadap budaya kuliner leluhur.

(*)

Baca Lebih Lanjut
Nasi Pecel Mbah Mbleh, Cita Rasa Legendaris dari Kota Angin Nganjuk
Timesindonesia
7 Spot Sarapan Legendaris di Magelang, Ada Kupat Tahu hingga Sop Senerek
Detik
Nasi Lemak Gerobakan Dijual Rp 153 Ribu di New Zealand
Detik
Sinopsis Film A Complete Unknown, Biopik Musisi Legendaris Bob Dylan 
Mia Della Vita
Rekomedasi 10 Tempat Sarapan di Bandung, Sedia Menu Sejak Jam 06.00
Detik
Rekomendasi 10 Tempat Sarapan di Bandung, Sedia Menu Sejak Jam 06.00
Detik
Pemprov DKI Buka Wacana Car Free Night Tiap Malam Minggu
KumparanNEWS
Gampang Ditiru, Begini Cara Mudah Kurangi Kadar Gula dalam Nasi Putih
Detik
2 Wanita India Jualan Nasi Padang, Lauk Jagoannya Rendang
Detik
Sejarah Bridal Shower, Perayaan Sebelum Pernikahan yang Dirayakan oleh Alyssa Daguise, Calon Istri Al Ghazali
Faza Anjainah Ghautsy