TRIBUN-MEDAN.COM,- Perusahaan Otobus Antar Lintas Sumatera (PO ALS) atau bus ALS merupakan moda transportasi darat yang namanya cukup dikenal di Sumatera Utara.

Tidak hanya di Sumatera Utara saja, bus ALS ini juga dikenal hingga ke Pulau Jawa.

Kendaraan dengan warna khas hijau tersebut sudah melayani penumpang selama puluhan tahun, baik di kawasan Pulau Sumatera, ataupun Pulau Jawa.

Angkutan darat ini menjadi pilihan masyarakat yang tidak memiliki cukup uang, untuk menumpangi pesawat menuju ke berbagai daerah di luar Sumatera Utara.

Suasana di pool bus Antar Lintas Sumatera (ALS) di Jalan Sisingamangaraja Medan. Memasuki tiga hari sebelum lebaran, loket bus masih nampak sepi penumpang, Rabu (19/4/2023).
Suasana di pool bus Antar Lintas Sumatera (ALS) di Jalan Sisingamangaraja Medan.
Memasuki tiga hari sebelum lebaran, loket bus masih nampak sepi penumpang, Rabu (19/4/2023). (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)

Karenanya, meski bus ALS ini digempur perkembangan zaman, tapi tak membuatnya lantas padam.

Bus ini tetap eksis hingga sekarang melayani penumpang menuju ke berbagai daerah di Indonesia.

Namun, selama melayani penumpang, tentu ada beragam cerita terhadap bus ALS ini.

Misalnya saja soal tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa.

Satu contoh tragedi yang paling memilukan adalah ketika bus ALS yang melintas di Kelurahan Bukit Surungan, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang mengalami kecelakaan tragis.

Sebanyak 12 penumpang dilaporkan tewas pada Selasa 6 Mei 2025.

Kendaraan dengan nomor polisi B 7512 FGA itu kondisinya rusak berat, dengan posisi terguling di pinggir jalan.

Karena tragedi ini pula, masyarakat pun ramai mencari tahu bagaimana profil bus ALS ini, hingga sejarah berdirinya angkutan darat tersebut.

Profil dan Sejarah Singkat Bus ALS

Bus ALS beroperasi di bawah Perusahaan Otobus Antar Lintas Sumatera (PO ALS).

Angkutan darat ini berdiri pada 29 September 1966 di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Saat ini kantor pusatnya ada di kawasan Amplas, Kota Medan.

Cerita berdirinya bus ALS ini dimulai dari tujuh saudagar bersaudara, yang diinisiasi oleh H.

Sati Lubis.

Pada masa itu, bus ALS awalnya hanya melayani angkutan dan pengiriman hasil bumi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara.

Seiring berjalannya waktu, bus ini kemudian melayani penumpang dengan tujuan Medan-Kotanopan dan sebaliknya.

Karena permintaan yang tinggi di tengah masyarakat, bus ALS kemudian mengembangkan rutenya, yakni Medan-Bukittinggi (SUmatera Barat).

Kebetulan, jarak antara Kabupaten Mandailing Natal dengan Bukittinggi, Sumatera Barat tidak terlalu jauh.

Kabupaten Mandailing Natal menjadi perbatasan antara Sumatera Utara dengan Sumatera Barat.

Sejumlah para penumpang bus ALS mengantre menunggu keberangkatan di Loket ALS, Medan, Kamis (30/5/2019). <div class=
Meroketnya harga tiket penerbangan domestik dan pemberlakukan bagasi berbayar berdampak pada jumlah penumpang bus Antar Lintas Sumatera (ALS) meningkat jelang libur lebaran 2019." loading="lazy">
Sejumlah para penumpang bus ALS mengantre menunggu keberangkatan di Loket ALS, Medan, Kamis (30/5/2019). Meroketnya harga tiket penerbangan domestik dan pemberlakukan bagasi berbayar berdampak pada jumlah penumpang bus Antar Lintas Sumatera (ALS) meningkat jelang libur lebaran 2019. (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR)

Karena bus ALS makin dikenal masyarakat, pada tahun 1972, angkutan darat ini memperluas trayeknya ke kota-kota besar di Sumatera seperti Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Bandar Lampung.

Pada masa itu pula, bus ALS turut mengembangkan rutenya hingga ke Pulau Jawa.

Namun, di masa itu, ketika kapal feri Ro-Ro belum hadir, bus ALS belum mampu langsung menembus daratan Pulau Jawa.

Mereka masih memakai jasa agen yang mengurus pemberangkatan penumpang dari pelabuhan Merak dengan kendaraan lain.

Di tahun 1980-an, setelah kapal feri Ro-Ro hadir, bus ALS membuka rute langsung ke Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan bahkan sempat melayani hingga Bali.

Sejak saat itu, bus ALS rutin melakukan perjalanan dari Sumatera Utara menuju Pulau Jawa.

Dalam menunjang pelayanan terhadap penumpang, bus ALS menggunakan sasis Mercedes-Benz yang tangguh, dan busnya kerap membawa banyak paket barang di atapnya, sehingga dikenal sebagai "Raja Paket."

Pada puncak kejayaannya sekitar tahun 1995, ALS memiliki sekitar 155 armada bus dengan kualitas armada yang selalu diperbarui setiap dua tahun.

Tiap bus biasanya ditandai dengan kode nomor pada pintu bus.

Kode nomor ini umumnya menunjukkan pemilik dari bus tersebut.(tribun-medan.com)

Baca Lebih Lanjut
Kronologi Kecelakaan Maut Bus ALS di Padang Panjang, 12 Orang Tewas
Mia Della Vita
Innalillahi, Kecelakaan Maut Bus ALS di Padang Panjang yang Tewaskan 12 Orang, Ini Dugaan Penyebabnya!
Widy Hastuti Chasanah
Badan Bus ALS yang Kecelakaan di Padang Panjang Sampai Terbelah, 12 Tewas
Tribunnews
Kemenhub Ungkap Bus ALS yang Kecelakaan di Lintas Padang Panjang Tak Berizin
Detik
Korlantas Kirim Tim TAA Usut Penyebab Kecelakaan Bus ALS di Padang Panjang
Detik
Kecelakaan Maut Bus ALS di Padang Panjang Tewaskan 12 Penumpang
Timesindonesia
Makam Misterius di Jalur Pantura Lasem, Konon Milik Intel Zaman VOC
Detik
BREAKING NEWS: Kecelakaan Maut Bus ALS di Padang Panjang Tewaskan 12 Orang, 36 Korban Alami Luka
Tribun Sumsel
Bus Terguling di Padang Panjang, 2 Orang Tewas dan Belasan Penumpang Terjepit
Detik
Korban Tewas Bus Terguling di Padang Panjang Bertambah Jadi 12 Orang
Detik