Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati menyoroti pentingnya pengawasan obat keras berkaitan dengan kasus produksi vape mengandung etomidate yang menyeret nama Jonathan Frizzy. Aktor sinetron itu tengah diperiksa sebagai saksi dalam kasus tersebut, setelah polisi sebelumnya menangkap 3 orang komplotan.
Prof Zullies menegaskan, etomidate hanya bisa digunakan berdasarkan resep dokter dan penggunaannya terbatas di lingkungan medis. Obat ini digunakan sebagai bius intravena yang biasanya diberikan pada pasien sebelum operasi.
"Ini tidak dijual di apotek biasa. Kalau ada yang menjual etomidate secara ilegal atau lewat jalur tidak resmi, itu melanggar hukum dan berisiko pidana," ucap Prof Zullies ketika dihubungi detikcom, Selasa (30/4/2025).
Ia mengatakan, pengawasan proses distribusi etomidate harus lebih diperhatikan. Harus ada dokumentasi yang baik di fase pengiriman baik dari produsen, distributor, rumah sakit, hingga pasien yang mendapatkan.
Prof Zullies menambahkan, etomidate tidak boleh diperjualkan-belikan di e-commerce maupun sosial media. Oleh karena itu, menurutnya otoritas harus melakukan patroli siber secara rutin demi mencegah penjualan ilegal.
"Penjualan atau kepemilikan etomidate tanpa izin medis sah harus dikenai pidana berat. Karena risikonya bisa fatal," jelasnya.
Menurutnya, etomidate bisa dipertimbangkan untuk masuk ke dalam daftar zat pengendalian ketat. Perlu ada edukasi kepada publik bahwa penggunaan etomidate di luar pengawasan medis bisa menyebabkan kematian.
Ia berpendapat, petugas kesehatan juga harus diberi pelatihan agar lebih waspada terkait potensi penyalahgunaan.
"Perlu memperhatikan tren penyalahgunaan. Jika ada indikasi trending misuse, misalnya percobaan etomidate dalam vape atau 'party drugs', otoritas harus cepat merespons dengan peringatan publik," tandasnya.